Oleh : Ocit Abdurrosyid Siddiq
Pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur atau Pilgub Banten tahun 2017, diikuti oleh dua pasangan calon, yaitu Wahidin Halim yang berpasangan dengan Andika Hazrumy, dan Rano Karno yang berpasangan dengan Embay Mulya Syarif.
Pilgub Banten 2017 dimenangkan oleh pasangan Wahidin Halim dan Andika Hazrumy. Mereka menjabat Gubernur dan Wakil Gubernur Banten hingga tahun 2022. Setelah masa jabatan habis, jabatan Gubernur diisi oleh Penjabat Gubernur yaitu Al Muktabar.
Menjelang periode berikutnya, saat itu sempat tersiar kabar bahwa Wahidin Halim akan maju kembali sebagai calon Gubernur Banten masa jabatan 2025-2030. Begitu pula dengan Andika Hazrumy. Dia digadang-gadang akan naik kelas menjadi Banten 1 juga. Yang kemarin bersekutu bakal menjadi rival.
Dalam perkembangan berikutnya, Wahidin Halim urung menjadi calon, dan bersama partai yang dia ketuai, lebih memilih bergabung dalam Koalisi Banten Maju atau KBM yang mengusung pasangan calon Andra Soni dan Dimyati Natakusumah.
Sementara Andika Hazrumy yang semula oleh partainya serta dukungan keluarga besar diproyeksikan untuk maju sebagai calon Gubenur Banten, malah harus rela memilih untuk “turun kelas” maju sebagai calon Bupati Serang.
Konon, pilihan ini merupakan hasil keputusan keluarga, dengan pertimbangan untuk Pilkada Banten 2024 yang akan maju sebagai calon Gubernur adalah anggota keluarga lain, yaitu Airin Rachmi Diany, yang adalah bulek, tante, atau bibi Andika Hazrumy.
Untuk diketahui, suami Airin Rachmi Diany, yaitu Tb. Chaeri Wardana yang akrab disapa Wawan, adalah adik kandung dari Ratu Atut Chosiyah, Gubernur Banten sebelumnya, yang adalah ibu kandung dari Andika Hazrumy. Atut dan Wawan merupakan kaka beradik anak kandung Chasan Sochib, tokoh pendiri Provinsi Banten.
Karena sebelumnya Andika pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur Banten, maka baginya untuk maju sebagai calon Bupati Serang adalah perkara yang tidak terlalu berat, untuk tidak menyebut enteng. Logikanya, kontestasi level provinsi saja menjadi pemenang, apalagi untuk hanya setingkat kabupaten.
Bila Andika maju sebagai calon Bupati Serang, hampir bisa dipastikan tidak ada lawan sepadan yang mampu menandinginya. Faktanya di lapangan juga demikian. Saat itu nama Andika begitu dominan. Tak ada nama lain. Yang sempat muncul adalah Mukhibat, atau yang lebih dikenal dengan nama Abah Otong, seorang tabib pembesar alat vital.
Andika dan tim pendukung memiliki keyakinan, bahwa dengan siapapun dia dipasangkan sebagai calon wakilnya, akan meraih kemenangan. Situasi itu seperti Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono atau SBY ketika maju pada periode kedua, yang menggandeng Budiono.
Budiono bukan politisi. Bukan anggota partai politik. Apalagi pengurus inti atau ketua umum partai politik. Dia tidak memiliki masa. Biasanya, seseorang dipasangkan dengan calon wakilnya, salah satu pertimbangannya adalah untuk menambah jumlah dan kekuatan dukungan.
Seorang ketua umum partai politik, pastinya memiliki masa yang banyak. Seperti halnya pasangan SBY dengan Jusuf Kalla atau JK pada Pilpres 2004. SBY yang adalah penggagas Partai Demokrat, berkoalisi dengan JK tokoh penting Partai Golkar, mampu mengalahkan Amien Rais, seorang tokoh reformasi, dan Megawati, Presiden RI sebelumnya.
Menjelang Pilpres 2009, SBY begitu digjaya. Untuk kemenangannya, dia tidak perlu sosok calon wakilnya yang berlatar partai politik. Dia hanya butuh seorang profesional. Dia pilih Budiono. Terbukti, SBY bersama Budiono terpilih sebagai Presiden RI Periode 2009-2014.
Kurang lebih, seperti itulah kondisi Andika menjelang Pilgub Banten 2024 ini. Didorong oleh confident inilah kemudian dia memilih Nanang Supriatna, mantan Sekretaris Daerah Kabupaten Serang, untuk mendampinginya sebagai calon wakilnya.
Siapa yang kenal dengan Nanang? Mungkin nama ini hanya familiar di lingkungan pegawai pemerintah Kabupaten Serang. Namun sosoknya kurang begitu dikenal di kalangan masyarakat. Apalagi di level akar-rumput.
Bila pun demikian, karena popularitas Andika yang adalah mantan Wakil Gubernur Banten dan anak mantan Gubernur Banten sebelumnya, nyaris membuat pasangan ini menjadi calon tunggal. Pasangan ini hanya akan melawan kotak kosong.
Dalam perkembangannya, Abah Otong sang tabib itu tidak dilirik oleh partai politik. Sehingga dia tidak memiliki kendaraan politik untuk mengusungnya. Sang tabib urung maju sebagai calon Bupati, lalu mengalihkan dukungannya kepada pasangan Andika-Nanang.
Menurut rumor yang beredar, munculnya pasangan Zakiyah dan Najib Hamas yang kemudian menjadi lawan pasangan Andika-Nanang, tidak terlepas dari penolakan Andika atas penawaran diri Zakiyah yang semula akan menjadi calon pendampingnya. Maksud saya calon wakilnya.
Zakiyah yang diusung PAN kemudian berkoalisi dengan Najib Hamas yang disodorkan PKS yang kemudian menjadi pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Serang. Kini, Andika dan Nanang mendapatkan lawan. Kabupaten Serang tak lagi akan diikuti dengan calon kotak kosong.
Di awal kemunculannya, pasangan Zakiyah-Najib ini belum sepopuler Andika. Ketika masa pendaftaran dimulai, pasangan ini mulai menggerakkan roda politiknya. Didukung oleh koalisi partai-partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju atau KIM, pasangan ini mulai menunjukkan kekuatannya.
Setiap kampanye dalam bentuk rapat akbar yang mereka gelar, ribuan masa berdatangan memberikan dukungan. Lewat acara Senam Bahagia yang diselenggarakan di seluruh ibukota kecamatan dengan menghadirkan artis-artis nasional, masyarakat tumpah ruah.
Momentum lain yang melibatkan masa banyak mereka gunakan untuk sosialisasi. Seperti halnya peringatan hari keagamaan, istighosah, sholawat yang dihadiri Pasha Ungu, dan beragam acara lainnya. Perlahan, pasangan Zakiyah-Najib mulai dikenal, setara, dan pada akhirnya melampaui popularitas Andika.
Puncaknya, saat debat calon Bupati dan Wakil Bupati Serang digelar oleh KPU. Bertempat di Hotel Swiss Belinn Cikande Serang, ribuan pendukung Zakiyah-Najib hadir menyemarakkan jalannya debat. Sementara pendukung Andika-Nanang jumlahnya tidak sebesar jumlah pendukung lawannya.
Alat peraga kampanye berupa baliho yang ditandemkan antara pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Banten, Andra Soni-Dimyati Natakusumah dengan pasangan Zakiyah-Najib, semakin mempopulerkan kedua nama ini.
Walau sempat terjadi insiden berupa tindakan suami Zakiyah yang seorang Menteri anggota Kabinet Indonesia Maju yang menggunakan fasilitas negara berupa surat undangan dengan kop kementerian untuk kepentingan mengundang masyarakat selevel kecamatan, alih-alih menjadi catatan minus, malah membuat Zakiyah semakin dikenal.
Pun demikian dengan adanya dukungan dari Asosiasi Pemerintah Desa Kabupaten Serang kepada pasangan calon ini. Regulasi mengatur bahwa Kepala Desa dan perangkat desa terlarang untuk dukung mendukung calon Kepala Daerah.
Atas tindakan para Kepala Desa ini, penyelenggara Pilkada melakukan tindakan dengan cara memprosesnya dan sempat dinyatakan memenuhi syarat adanya dugaan pelanggaran. Kasusnya sudah diproses Gakkumdu dan sudah dilimpahkan ke Kejaksaan. Saat ini, entah bagaimana kelanjutannya.
Seperti halnya kasus undangan dengan surat berkop kementerian, dukungan Apdesi ini alih-alih menjadi catatan jelek bagi pasangan calon yang didukungnya, malah membuat pasangan ini semakin familiar di telinga masyarakat.
Hasilnya, pasca penghitungan sementara pemungutan suara hari ini, pasangan Zakiyah-Najib berhasil mengungguli pasangan Andika-Nanang. Hasil quick count salah satu lembaga survey, malah menempatkan perolehan suara Zakiyah-Najib jauh meninggalkan perolehan suara Andika-Nanang. 70% berbanding 30%.
Zakiyah-Najib yang semula kurang diperhitungkan dan hanya dianggap sebagai calon alternatif, berhasil membalikkan keadaan. Sebaliknya, Andika yang sempat overconfident rupanya tak seberuntung SBY.
Selamat untuk para pemenang. Ingat, yang menang tak perlu jumawa. Sebaliknya, yang kalah tak mesti merana. Dibalik setiap ketetapan selalu ada hikmah yang bisa kita petik. Merasa overconfident memberikan begitu banyak pelajaran dan hikmah berharga bagi kita. Wallahualam.
*Penulis adalah Ketua Forum Diskusi dan Kajian Liberal Banten Society (Fordiska Libas)