Oleh: Muslim Arbi*
Kunjungan Raja Salman dari Arab Saudi ke Jakarta, 1 Maret 2017 ini hendaknya memperkuat hubungan RI-Saudi dan Organisasi Konferensi Islam (OKI), dimana RI merupakan negeri muslim terbesar di dunia dan Saudi merupakan kekuatan regional Timur Tengah yang berpengaruh. Kunjungan Raja Salman, juga mendorong RI semangati OKI bagi kerjasama Dunia Islam dan perjuangan Palestina Merdeka.
Terkait hal ini, sebelumnya ada dua momen penting yaitu: Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) 19-24 April 2015 dan KTT Luar Biasa OKI 6-7 Maret 2016 lalu, mestinya menghasilkan suatu kesepakatan di antara negara-negara Asia-Afrika dan 57 negara-negara berpenduduk muslim untuk memberikan dukungan penuh bagi terbentuknya Negara Palestina. Tetapi sayangnya, dua momen itu terlewati begitu saja, di negeri yang berpenduduk muslim terbesar dan di negara yang menganut Pancasila yang Anti Penjajahan dan menghormati HAM.
Sejatinya, bagi Pemerintah dan juga kalangan Tokoh Bangsa dan Umat, bisa memaksimalkan dukungan bagi Negara Palestina pada dua momen besar ini. Tetapi ternyata, dengan berbagai kendala dan tantangan yang ada, seolah kita menyerah begitu saja pada sikap penjajahan Israel atas Bangsa Palestina
Meski KAA pertama di Bandung pada Tahun 1955 sudah mencapai usia 60 tahun pada 2015 lalu, dan harus diakui bahwa KAA itu berperan besar bagi Kemerdekaan dan Pembebasan Negara di Asia dan Afrika. Namun hutang untuk Negara Palestina belum terlunasi oleh Negara-negara Asia Afrika. Padahal, Bangsa Palestina juga punya andil untuk terselenggaranya acara KAA pertama tersebut, dengan harapan Bangsa Palestina juga mendapat dukungan maksimal untuk kemerdekaan negerinya.
OKI yang beranggotakan Negara Islam dan Negara-Negara berpenduduk Muslim Mayoritas itu, mestinya punya sikap dan pandangan politik yang sama untuk membantu sepenuh hati bagi terwujudnya Negara Palestina yang merdeka dan berdaulat penuh. Jika dibanding dengan sejumlah negara Eropa yang sudah memberikan dukungan politik kepada Negara Palestina.
Lewat Tulisan ini, kami mengapresiasi dan berterima kasih kepada sejumlah negera di Eropa yang telah menyatakan dukungannya kepada Negara Palestina.
Melihat kekejaman Israel dan semangat pembebasan Al-Quds, mestinya para Pimpinan Saudi-RI dan juga OKI, lebih konkret lagi untuk memberikan dukungan atas Negara Palestina Merdeka. Terlebih lagi, kunjungan Raja Saudi justru akan menaruh investasi sebesar US$ 15 Milyar di Indonesia, dalam konteks kerjasama antar-negara Muslim, dimana Saudi adalah sahabat AS / Barat dan Indonesia pun sahabat AS / Barat yang selalu khawatir atas hegemoni China di Asia. Makna kunjungan Raja Salman, saya kira, adalah penguatan relasi ekonomi-politik Jakarta-Riyadh dan perjuangan Dunia Islam / OKI bagi keadilan global, kemanusiaan, kesetaraan dan perdamaian dunia. (HJD/DBS)
*Penulis adalah analis politik, anggota Korps Alumni HMI (KAHMI) dan mantan aktivis HMI ITB.