Oleh: Muslim Arbi*
Sebagai Muslim dan bagian dari Bangsa Indonesia, kami mengucapkan selamat datang, kepada Yang Mulia Raja Salman bin Abdul Aziz Al-Saud, Khodimul Haromain dan Rombongan-nya.
Semoga Allah SWT Pemilik Alam Semesta dan Pemilik Ka’bah, senantiasa memberkahi Tuan dalam mengelola Pemerintahanmu dan menjaga Haromain (Makkah dan Madinah).
Tentunya, Tuan Salman sudah mengetahui Bahwa Indonesia adalah sebuah Bangsa dan Negara yang berpenduduk mayoritas Muslim. Menurut Statistik, sekitar 85% penduduk negeri ini adalah Muslim. Meski demikian, kehidupan berbangsa dan bernegara kami berdasar Pancasila dan UUD 45, seperti yang telah diperjuangkan Para Founding Fathers, dengan harapan menjadi Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofur. Negeri yang berkah dibawah Ridho dan Ampunan Allah SWT.
Setelah menempuh perjalanan panjang sejak diproklamasikan Tahun 1945 hingga saat ini, negeri ini mulai mencoba menerapkan Demokrasi sebagai instrumen bernegara, meski demokrasi yang cenderung liberal ini belum sepenuhnya sesuai dengan Dasar Negara dan Konstitusi yang ada. Malah belakangan ini, yang sering tampak adalah politik kekerasan yang kurang menghargai keadilan bagi Mayoritas Bangsa ini.
Al-qur’an dan ulama kami diperlakukan secara tidak adil, sebagaimana yang Tuan Salman ketahui melalui media pemberitaan atau info-info lainnya. Maka sikap rezim kami yang kurang menghargai suara-suara mayoritas dalam alam demokrasi sangat dirasakan, sebagai potret ketidakadilan rezim yang dianggap menindas.
Kami menghargai dan memberi apresiasi atas kehadiran Tuan Salman dan Rombongan, sebagai bentuk kunjungan balasan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu ke Negeri Tuan. Semoga kunjungan ini memberi manfaat bagi Bangsa Indonesia dan juga bagi Dunia Islam. Karena, antara Kerajaan Arab Saudi dan Republik Indonesia berada pada posisi yang cukup diperhitungkan di organisasi Islam Dunia dan Kawasan Asia Afrika.
Kunjungan ini, bisa mempererat silaturahmi dua Bangsa Muslim: Arab Saudi-Indonesia dan memperkuat ukhuwah Bangsa Arab dan Bangsa Indonesia. Apalagi mengingat peran para pejuang berbangsa Arab di Indonesia, semisal AR Baswedan, Hamid Algadri dan lainnya, juga Pahlwan Diponegoro yang bernama Asli Abdul Hamid dalam perang Diponegoro (1825-1830) adalah seorang Sayyid berkebangasaan Arab.
Apalagi, jauh sebelum itu, kedatangan para penyiar Islam dari Hadramaut ke Nusantara ini dan sekarang sudah beranak keturunan yang sudah menyatu sebagai Bangsa Indonesia. Jadi, antara Bangsa Arab dan Bangsa Indonesia sudah terjalin pertalian sejarah yang panjang.
Maka, kunjungan Tuan Salman – yang sebelumnya 47 tahun lalu, kami kedatangan Raja Faisal – adalah bentuk jalinan ukhuwah Imaniah dan Wathoniah yang semakin kuat. Terlebih, di setiap saat Jama’ah Umroh selalu mengunjungi Haromain dan setiap tahun, ratusan ribu Jama’ah datang ke Tanah Suci untuk menunaikan Ibadah Haji.
Maka dapat dikatakan, pertalian sejarah berbangsa antara Arab Saudi dan Bangsa Indonesia semestinya diperkuat dengan saling bantu membantu. Tersebar berita bahwa kedatangan Tuan Salman dengan Rombongan yang cukup besar: 1500 orang, 10 Menteri dan 25 pangerang, tentunya dalam rangka memperkuat hubungan keakraban dan persahabatan sebagaimana di maksud di aset, dan membawa investasi senilai US$ 25 Miliar atau setara dengan Rp 335 Triliun.
Kami juga tidak rela, arah perpolitikan penguasa negeri ini yang cenderung sangat kuat menjalin hubungan antara Jakarta dan Beijing yang melahirkan berbagai kecurigaan dalam tata kelola pemerintahan sekarang, terutama sekali yang sangat terasa adalah sikap tidak bersahabat mereka kepada para ulama pejuang yang nyaring menyuarakan kebenaran dan keadilan, diperlakukan tidak Adil!
Malah Penista Al-qur’an dan ulama dilindungi Penguasa. Sehingga Ibukota Negeri ini masih dipimpin oleh seorang terdakwa penista Al-qur’an, sebagai mana yang sudah Tuan Salman ketahui.
Jutaan massa Umat Islam melakukan aksi demo agar si Penista Al-qur’an itu dipenjarakan, dan agar menjadi pelajaran. Namun rezim ini seperti tidak peduli. Padahal menurut hukum Islam, penista dan pengolok-olok Al-qur’an itu, mesti dihukum Mati.
Mengingat mayoritas muslim Indonesia dan juga posisi Arab Saudi dalam percaturan Dunia Islam, maka menjadi kewajiban kita bersama untuk memikirkan nasib Palestina dan Bangsa-bangsa muslim lainnya yang masih tertindas. Seperti Rohingya, dll. Mari mendukung berdirinya Negara Palestina dengan segera.
Sudah saatnya antara Arab Saudi dan Indonesia membangun sebuah kebersamaan ‘Dunia Islam’ tanpa pengotak-kotakan mazhab dan aliran. Islam adalah satu, kaum muslimin adalah satu. Kita harus selalu memperkuat ukhuwwah dan persatuan. Tinggalkan perpecahan sebagaimana yang dipesankan oleh Al-qur’an al-Kariim.
Selamat datang di Negeri Muslim Terbesar. Selamat mendatangi Bangsa Indonesia. Selamat menikmati alam Indonesia yang dianugerahi oleh Allah SWT.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan Khodimul Haromain, Tuan Salman dan Rombongan-nya dengan pahala yang berlipat-ganda. Aamiin.
Semoga Allah SWT memberkahi Bangsa Arab dan Bangsa Indonesia dan dunia pada umumnya. (DBS/HJD)
*Presidium FPMI (Front Perjuangan Muslimin Indonesia)