TangselMedia – Pengamat Politik dan Pemerintahan, Muchtar Effendi Harahap menilai dengan keluarnya rilis lembaga-lembaga survei dimana mayoritas memenagkan paslon Anies-Sandi, sangat mungkin paslon yang diusung Partai Gerindra dan PKS tersebut menang mutlak, pada Pilkada DKI putaran Kedua, 19 April 2017 nanti.
Menurut Muchtar, sesungguhnya prilaku pemilih di Jakarta secara sosiologis baik dari sisi aliran politik, kultural maupun strata sosial, tidak ada alasan untuk memenangkan Ahok-Djarot. Asumsi ini berangkat dari pelaksanaan Pilkada benar jujur dan adil (jurdil) tanpa kecurangan dan pelanggaran regulasi Pilkada DKI.
“Hanya dengan kecurangan pihak lawan, Anies-Sandi bisa terkalahkan”, kata pendiri Network for South Asian Studies (NSEAS) ini, saat dihubungi TangselMedia, Sabtu 15 April 2017.
Ia menambahkan, hasil putaran pertama telah terbukti suara pemilih Anies-Sandi melebihi suara pemilih/konstituen parpol-parpol pendukung dalam Pemilu lalu. Sebaliknya, suara pemilih Ahok-Djarot lebih sedikit ketimbang suara pemilih parpol-parpol pendukung dalam Pemilu lalu.
“Artinya, pengaruh parpol kurang besar terhadap perolehan suara. Dengan kata lain, pengaruh parpol terhadap perolehan suara pemilih tidak bisa dijadikan dasar utama untuk memrediksi kemenangan suatu paslon”, ujarnya.
Jika digunakan kajian sosiologis tentang perilaku pemilih dalam Pilkada DKI ini, kata Muchtar, sulit menjustifikasi atau merasionalisasikan atas kekalahan Anies-Sandi terhadap Ahok-Djarot. Memang ada pengecualian bagi minoritas rasional dan kosmopolitan lebih mempertimbangkan kompetensi paslon dan program kerja yang ditawarkan kepada publik.
“Saya akui, berdasarkan beberapa kali debat paslon dan media massa, program Anies-Sandi lebih populer ketimbang Ahok-Djarot. Terdapat beberapa program terobosan dan baru diajukan Anies-Sandi. Sementara Ahok-Djarot terkesan punya beban berat untuk jualan program”, jelasnya.
Salah satu sebabnya, menurut Muchtar, selama Ahok-Djarot memimpin Pemprov DKI Jakarta, tidak ada urusan atau bidang pemerintahan yang berprestasi atau berhasil sesuai perencanaan resmi teregulasi.
“Tidak ada data, fakta dan angka prestasi atau keberhasilan Ahok-Djarot mengurus pemerintahan di DKI selama ini. Bahkan, di publik beredar data, fakta dan angka atas kegagalan mereka”, ungkap Wakil Ketua Dewan Pakar PP. Parmusi ini.
Menurut Muchtar, hal ini menguntungkan Anies-Sandi. Mereka belum terbukti punya kegagalan, karena mereka belum pernah memimpin Jakarta. (HJD)