Bisnis Sampingan yang Menggiurkan

Ekonomi961 Views

Berawal dari kebutuhan pribadi, ternyata banyak yang berminat. Bisnis tak terduga inilah yang kemudian Nita tekuni.
Siapa yang tak khawatir jika anak yang sedang dibonceng motor mengantuk? Sewaktu-waktu anak bisa terjatuh akibat tidak ada yang bisa menjaganya dari belakang. Pemilik nama lengkap Anita Camelia ini mengalami hal serupa. Ia sangat khawatir ketika anaknya saat masih playgroup dulu sering mengantuk saat dibonceng.
Demi menjaga buah hati, ia dan suami langsung memutar otak membuat alat pengaman untuk si kecil. Berbagai desain alat ikat mereka uji coba sampai akhirnya ditemukanlah model seperti sekarang ini yang aman, praktis, dan modern.
Mendapat Respon

hammada beltSabuk pengaman Hammada Belt launching pada tahun 2008 dengan modal kurang dari Rp 1 juta. Diakui anita, desain produknya terinspirasi dari ikatan tali webbing sebagai pengaman saat ber-flying fox. Semula ia tak berniat untuk menjual kreasinya, hanya untuk digunakan sendiri. “Tapi lama kelamaan orangtua teman-teman sekolah anak ,minta dibuatkan,” tutur Nita. Sejak itulah, ia mulai berbisnis.

Kesulitan dalam memenuhi permintaan pernah terjadi karena karyawan yang ia miliki baru satu orang. “Saya enggak sangka respons pasar sangat baik. Pernah ada yang pesan 100 pieces di awal usaha,” ujarnya. Kini, dalam sehari, ia bisa memproduksi 110-115 sabuk, yang dijual dengan harga Rp 55.000-Rp 60.000 per sabuk.
Selain dari mulut ke mulut, Hammada Belt juga dipasarkan melalui online dan tersebar hampir di seluruh Indonesia. “Omzet rata-rata sebulan terjual 250 pieces, dan reseller ada di hampir seluruh kota-kota besar,” terang ibu dua anak ini.

Baca Juga  Pesta Wirausaha Komunitas TDA Tangerang

Menariknya, Nita memudahkan pembeli yang ingin menjadi reseller, cukup membeli empat pieces. “Selain itu dapat diskon dan ongkos kirim tetap dihitung satu kilogram,” jelas perempuan kelahiran tahun 1983.

Dalam menjalani bisnis, Nita dan suami berbagi tugas. Suami mendisign produk, Nita memegang bagian operasional, marketing, dan keuangan. Dalam mengelola keuangan, Nita tak terlalu kaku. “Profit tidak akan digunakan untuk keperluan rumah tangga. Tapi kalau butuh, saya ambil sekian persennya.”
Hammada Belt semakin popular, meski banya pula yang mulai mencontek idenya. Namun, Nita tetap berani menghadapi persaingan bisnis Karena yakin produknya suda dikenal prang.

Bagi Nita, bisnis hanyalah sekedar sampingan. Ia tetap focus sebagai ibu rumah tangga dan suaminya tetap bekerja sebagai pegawai negeri. Pembagian waktu antara bisnis dan keluarga juga tidak menjadi masalah baginya, karena selain sudah memiliki tiga orang karyawan, proses produksi pun di rumah.

sumber: Ummi no.8 XXIV Agustus 2012 hal. 86