Otomatisasi Di Pabrik: Peluang atau Ancaman Bagi Tenaga Kerja Indonesia?

Redaksi

0 Comment

Link

Oleh : Agung Saiful Muddai*

Sebagai mahasiswa baru Teknik Industri, saya mulai sadar kalau topik otomasi bukan cuma teori di kelas. Di dunia manufaktur Indonesia, ini sudah jadi obrolan besar. Banyak orang khawatir robot, mesin pintar, dan sistem digital akan mengambil alih pekerjaan manusia. Tapi setelah membaca beberapa laporan industri dan melihat contoh di pabrik, saya merasa kenyataannya tidak sesederhana itu.

Di banyak perusahaan besar, otomatisasi sudah berjalan. Mesin dengan sensor presisi menggantikan tugas yang berulang atau berisiko. Contohnya mesin cutting otomatis, robot pemindah barang berat, dan conveyor berbasis PLC. Tapi menariknya, tidak semua pekerjaan hilang begitu saja. Justru muncul pekerjaan baru yang butuh kemampuan membaca data, mengawasi mesin, dan memahami dasar pemrograman.

Masalah mulai muncul ketika pekerja tidak siap menghadapi perubahan ini. Operator yang sebelumnya terbiasa mengerjakan tugas manual mendadak harus mengoperasikan HMI, membaca dashboard produksi, atau memahami notifikasi sistem. Untuk pekerja muda mungkin ini hal biasa. Tapi bagi pekerja yang sudah bertahun-tahun bekerja dengan cara lama, perubahan ini bisa membuat mereka tertekan.

Di titik ini tampak jelas bahwa masalah utamanya bukan otomatisasinya, tapi kesiapan manusianya.

Dari beberapa diskusi yang saya ikuti, perusahaan yang sukses menerapkan otomatisasi biasanya menyiapkan pelatihan untuk para pekerja. Mereka membimbing proses transisi. Sebaliknya, perusahaan yang gagal sering menghadapi penolakan internal dan kurangnya pemahaman tentang teknologi yang dipakai.

Menurut saya, inilah kenapa peran mahasiswa Teknik Industri cukup penting. Di kampus kami belajar bagaimana manusia, teknologi, dan proses harus berjalan seimbang. Mulai dari perancangan sistem kerja, ergonomi, sampai perbaikan berkelanjutan. Semua itu ternyata punya kaitan dengan bagaimana perusahaan menggabungkan tenaga manusia dan otomasi.

Dalam jangka panjang otomatisasi tetap akan berkembang. Tapi itu bukan berarti pekerjaan manusia akan hilang. Yang berubah adalah jenis pekerjaannya. Tugas manual akan berkurang, sementara pekerjaan yang berhubungan dengan teknologi dan analisis data akan bertambah. Tantangannya adalah memastikan pekerja tidak tertinggal dan bisa beradaptasi. Sebagai mahasiswa baru, saya mungkin belum sering melihat kondisi industri secara langsung. Tapi perubahan ini nyata. Bagi saya, ini bukan sesuatu yang harus ditakuti. Ini justru kesempatan untuk menyiapkan diri dengan kemampuan yang relevan dan cocok untuk industri masa depan.***

*Penulis adalah Mahasiswa Prodi Teknik Industri Universitas Pamulang

Share:

Related Post