TangselMedia – Warga Kampung Leuwidinding, RT 5 RW 1 Desa Tanjungsari, Kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat mengeluh. Masalahnya akses air bersih sulit didapati oleh warga pasca adanya aktivitas tambang bahan semen. Warga menyebut eksplotasi bahan tambang itu juga sempat menggunakan bahan peledak, tetapi belakangan aktivitas peledakan tersebut dihentikan seiring dengan ramainya protes warga ke area tambang.
“Dugaan kami dari 17 mata air yang menjadi sumber penghidupan warga hanya tersisa 1 mata air atau sumur yang masih bisa dimanfaatkan warga untuk mengairi sawah dan minum. Sumur warga kering, kami terpaksa memanfaatkan air selokan atau serapan irigasi sawah,” ujar Oon Juanda (58) warga sekaligus tokoh masyarakat setempat kepada detikcom, Jumat (21/9/2018).
Oon mengatakan ada ratusan warga yang saat ini bernasib sama. “Hari ini masih mending, hujan sudah tiga kali mengguyur. Sumur naik dan itu yang dimanfaatkan. Coba kalau enggak ada hujan, lagi-lagi air selokan yang dipakai mandi, mencuci sampai minum ini kebutuhan vital bisa dibilang 99 persen warga sini minumnya air selokan,” ungkap dia.
Kondisi sulitnya air dirasakan warga sudah sejak dua tahun terakhir ini, ketika eksploitasi tambang mulai dilakukan. “Puluhan tahun saya tinggal di kampung ini, baru sekarang setelah ada tambang air mengering. Protes kami hanya di dengar dan berujung janji,” imbuh dia.
Soal ledakan, Oon mengatakan banyak warga yang mengalami kerugian. Selain rumah retak ada juga yang peternak ayam pedagingnya gagal hanya karena ledakan. Ketua RT 5 RW 1, Desa Tanjungsari Madin (50) membenarkan hal itu sebelum ada eksploitasi menggunakan bahan peledak peternakan ayamnya tidak ada masalah. Tetapi, persoalan timbul ketika ledakan keras yang berasal dari tambang terjadi.
“162 ekor ayam saya mati karena stres, sebelum ada ledakan peternakan ayam lancar. Tapi setelah adanya ledakan-ledakan saya pilih untuk menghentikan usaha saya,” tutur Madin.
Sampai saat ini upaya konfirmasi sudah dilakukan detikcom, Kepala Tekhnik Tambang PT Semen Jawa Tengku belum memberikan respon. Begitu juga dengan pihak Public Relations perusahaan tersebut.
(sya/ern)