TangselMedia – Pencok adalah salah satu makanan yang banyak di sukai masyarakat Kota Sampit. Pencok adalah makanan yang berbahan dasar kacang goreng, bawang putih, petis dan gula merah sebagai bumbu yang di campur aduk dengan sayur-sayuran yang telah direbus, ketupat, cingur, tempe dan tahu. Jika di lihat dari penampilannya, pencok tak ada bedanya dengan lotek, gado-gado atau pecel, namun dari segi rasa, pencok memiliki rasa yang berbeda. Hal ini dikarenakan adanya penggunaan petis sebagai bahan tambahan. Pencok biasanya di sajikan bersama dengan kerupuk sebagai penambah kenikmatan.
Penjual pencok di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Rihati Husein (65) dan anaknya, Achmad Yadi (31), berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji berkat usahanya selama ini berjualan makanan mirip gado-gado itu. “Alhamdulillah, senangnya minta ampun. Beberapa malam ini saya sampai tidak bisa tidur karena saking senangnya akan berangkat haji,” ujar Rihati, warga Jalan Jenderal Sudirman, Kecamatan Mentawa Baru, Ketapang Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur itu, di Sampit, Jumat.
Warga Kompleks Bina Karya Permai Sampit itu, sudah cukup lama berjualan pencok, setelah suaminya meninggal. Usaha berjualan makanan itu menjadi tumpuan pendapatan keluarganya. Setiap hari, perempuan yang juga akrab disapa Ibu Giram itu, dengan tekun berjualan pencok. Rihati Husein dibantu anaknya Achmad Yadi yang juga berjualan es kelapa di kios yang sama dengan sang ibu.
Sejak sang anak masih bayi, Rihati telah mengaku sudah berniat ingin menunaikan ibadah haji. Dia optimistis dengan niatnya meski saat itu belum ada gambaran dari mana mendapatkan uang puluhan juta rupiah untuk biaya berangkat haji. Sejak tahun 2002 ketika memantapkan hati memulai perjuangannya menggapai cita-citanya berangkat haji, dia mulai menyisihkan sebagian keuntungan berjualan pencok untuk ditabung demi persiapan haji.
Dia rela menahan keinginan membeli perhiasan dan perabot rumah karena tekad dan berkomitmen untuk menunaikan ibadah haji. Bahkan, ia mengaku pernah menunggak membayar tagihan listrik lantaran uang sudah disetorkan untuk tabungan haji. “Saya ikut arisan. Setiap minggu bayar Rp200 ribu. Kalau dapat, uang arisan itu saya setor ke bank untuk mencicil biaya haji. Begitulah seterusnya,” ujar Rihati.
Setelah mengumpulkan uang selama sembilan tahun, tepatnya 2012, dia mendaftar berangkat haji di salah satu bank dengan biaya pendaftaran Rp5 juta. Tidak hanya untuk dirinya, tetapi Rihati juga mendaftarkan berangkat haji untuk sang anak, Achmad Yadi. Selain berniat memberangkatkan haji sang anak, Rihati juga berharap anaknya itu mendampinginya saat menjalankan ibadah haji.
Sebagai orang yang tidak bisa membaca dan menulis, Rihati menyadari membutuhkan bantuan orang lain dalam banyak hal, terutama untuk berhaji. Achmad Yadi mengaku setiap hari berjualan bersama ibunya. Dia tidak mencari pekerjaan lain karena ingin membantu ibunya sekaligus menjaganya karena dia sadar sang ibu sudah berusia lanjut sehingga tidak boleh terlalu capai.
“Saya khawatir ibu sakit kalau terlalu capai, makanya saya putuskan berjualan membantu ibu. Saya yakin hasilnya akan baik bagi kami semua,” ujarnya. Jamaah calon haji asal Kotawaringin Timur akan diberangkatkan ke Tanah Suci pada Jumat (26/7/2019) sore. Jamaah diminta menjaga stamina dan kesehatan karena mereka akan menempuh perjalanan darat lebih dari delapan jam menggunakan bus menuju Embarkasi Syamsudin Noor Banjarmasin, Kalimantan Selatan.