PLTP Kamojang Garut yang Ramah Lingkungan

PLTP KAMOJANG GARUT YANG RAMAH LINGKUNGAN

Oleh : Very Ferdiansyah*

 

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang, yang dikelola oleh PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), merupakan salah satu proyek energi terbarukan unggulan di Indonesia. Pemanfaatan energi panas bumi di Kamojang dimulai pada 29 Januari 1983, dengan kapasitas total pembangkit mencapai 235 MW dari lima unit yang beroperasi. Uap panas bumi di Kamojang dikenal sebagai salah satu yang terbaik di dunia karena kelembabannya rendah dan tidak memerlukan perlakuan kimia.

Selain energi, kawasan Kamojang juga mendukung pelestarian lingkungan melalui Pusat Konservasi Elang yang didirikan pada 2014, menjaga spesies seperti Elang Jawa dan menjadikannya sebagai bagian dari ekowisata. Upaya ini mencerminkan komitmen Pertamina dalam menyediakan energi ramah lingkungan sekaligus melestarikan keanekaragaman hayati dan mendukung pemberdayaan masyarakat melalui edukasi dan pengembangan wisata.

1.  Pendahuluan

Kegiatan eksplorasi panasbumi Kamojang memiliki riwayat panjang, dimulai sejak zaman pemerintahan Kolonial Hindia Belanda hingga sekarang ini. Eksplorasi panasbumi di kamojang telah berlangsung lebih dari 25 tahun. Eksplorasi pertama dilakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1926 sampai 1928 dengan melakukan pemboran sebanyak 5 sumur. Geothermal Survey of Indonesia yang bekerja sama dengan New Zealand Geothermal Project pada tahun 1971-1979 kembali melakukan pemboran sebanyak 14 sumur eksplorasi. Pada tahun 1978 energi panas bumi Kamojang untuk pertama kalinya menghasilkan energi listrik sebesar 0,25 MW dan diresmikan pengoperasiannya oleh Menteri Pertambangan dan Energi, Prof. DR. Subroto. Selanjutnya, pada tahun 1979- 2003 kembali dilakukan pengeboran sumur pengembangan dan produksi, kemudian pada tahun 1983, PLTP Kamojang Unit 1 dengan kapasitas 30 MW ditetapkan secara resmi oleh Presiden RI Soeharto sebagai lapangan panasbumi pertama di Indonesia, dilanjutkan dengan peresmian PLTP Unit 2 & 3 (2 x 55 MW) pada tahun 1988 dilanjutkan kemudian pada tahun 2003- 2007 dengan PLTP Unit 4 (60 MWe).

Total kapasitas PLTP Kamojang saat ini sebesar 200 MW, terdiri atas empat unit yakni PLTP Unit 1 dengan produksi 30 MW, unit 2 dan 3 masing-masing kapasitas 55 MW, serta PLTP unit 4 sebesar 60 MW. Keseluruhan energi listrik yang dihasilkan PLTP Kamojang dialirkan guna mendukung sistem transmisi (interkoneksi) Jawa-Bali. Pengembangan potensi panas bumi di Kamojang terus dilakukan pemerintah untuk mengoptimalkan potensi yang ada dengan mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM No. 02 Tahun 2010 Tentang Daftar Proyek- Proyek Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Tahap II serta transmisi terkait, dengan merencanakan pengembangan PLTP Kamojang unit 5 (40 MW) dan unit 6 (60 MW). (SF) PLTP.

Saat ini, PLTP Kamojang dikelola oleh PT Indonesia Power, anak usaha PLN, dengan kapasitas terintegrasi 375 MW yang mendukung sistem kelistrikan nasional. Selain memproduksi listrik ramah lingkungan, PLTP Kamojang juga menunjukkan kinerja unggul dengan produksi mencapai 2.778 MWh pada 2020. Pembangkit ini rutin meraih penghargaan Proper Hijau dan Proper Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup, mencerminkan komitmennya terhadap pengelolaan lingkungan berkelanjutan.

Elang Jawa merupakan spesies endemik yang hanya terdapat di Pulau Jawa (Desy Natalia Sitorus.,et.,al., 2017). Sebagai salah satu hewan endemik, spesies ini termasuk hewan yang menghadapi risiko kepunahan lantaran berkurangnya habitat dan maraknya perburuan liar. Bahkan, burung ini terdaftar dalam satwa “terancam punah” dalam Buku Data Merah.

Melansir Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor P.58/Menhut-II/2013 Tentang Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Elang Jawa (Spizaetus Bartelsi) Tahun 2013-2022, satwa ini dianggap identik dengan lambang NKRI, yaitu Burung Garuda. Keberadaan elang jawa telah diketahui tahun 1820, tatkala van Hasselt dan Kuhl mengoleksi dua spesimen burung ini dari kawasan Gunung Salak untuk Museum Leiden Negeri Belanda. Tetapi pada masa itu hingga akhir abad-19, spesimen-spesimen burung ini masih dianggap sebagai jenis elang brontok. Baru pada tahun 1908, atas dasar spesimen koleksi yang dibuat oleh Max Bartels dari Pasir Datar, Sukabumi pada tahun 1907, seorang pakar burung di Negeri Jerman, O. Finsch, mengenalinya sebagai takson yang baru. Ia mengiranya sebagai anak jenis dari Spizaetus kelaarti, sejenis elang yang ada di Sri Lanka.

Kemudian pada tahun 1924, Prof. Stresemann memberi nama takson baru tersebut dengan epitet spesifik bartelsi, untuk menghormati Max Bartels di atas, dan memasukkannya sebagai anak jenis elang gunung Spizaetus nipalensis Demikianlah, burung ini kemudian dikenal dunia dengan nama ilmiah Spizaetus nipalensis bartelsi, hingga akhirnya pada tahun 1953, D. Amadon mengusulkan untuk menaikkan peringkatnya dan mendudukkannya ke dalam jenis yang tersendiri, Spizaetus bartelsi.

 

2.  Sebaran PLTP di Indonesia

Berdasarkan data terbaru dari Direktorat Panas Bumi, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi tercatat sumber daya panas bumi yang termanfaatkan telah mencapai 1.948,5 MW yang terdiri dari 13 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) pada 11 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP). Sebaran 13 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang terpasang berdasarkan letak geografis dari wilayah barat sampai wilayah timur Indonesia sebagai berikut:

Gambar 1 . Kapasitas Terpasang Pltp Di Indonesia (Sumber: Direktrorat Panas Bumi, Kementerian ESDM. 2018)

Khusus untuk PLTP Karaha, baru beroperasi secara komersil pada tanggal 6 April 2018. Dengan beroperasinya PLTP Karaha ini mampu melistriki 33 ribu rumah di Tasikmalaya dan sekitarnya. Pencapaian ini merupakan realisasi dari program 35.000 MW yang dicanangkan pemerintah, di mana akan meningkatkan kehandalan sistem transmisi Jawa-Bali dengan tambahan suplai listrik sebesar 227 Giga Watt hour (GWh) per tahun. Selanjutnya, pada triwulan kedua tahun 2018, direncanakan tambahan kapasitas terpasang sebesar 110 MW terdiri dari: PLTP Sorik Marapi Modullar Unit 1, PLTP Sorik Marapi Marapi Modullar Unit 2, PLTP Lumut Balai Unit 1 dan PLTP Sokoria Unit 1.

Baca Juga  Mahasiswa Teknik Mesin Unpam Lakukan PKM Dengan Sosialisasi Pesawat Tanpa Awak (Drone) Di Era Modernisasi

3.  Pembangkit Geothermal PLN Pertama di Asia Tenggara Penghasil Green Hydrogen

Pengembangan Green Hydrogen Plant (GHP) milik PT PLN (Persero) dilakukan oleh subholdingnya, PLN Indonesia Power (IP), dengan berbekal inovasi dan perkembangan teknologi, PLN IP mampu memanfaatkan air kondensasi dalam proses produksi listrik di PLTP Kamojang menjadi hidrogen hijau. GHP ini merupakan yang ke-22 yang dibangun oleh PLN dan siap memasok hidrogen hijau ke Hydrogen Refueling Station (HRS) Senayan.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyatakan bahwa PLN terus berinovasi untuk mengembangkan energi ramah lingkungan sejalan dengan pencapaian target net zero emissions (NZE) pada tahun 2060. Hal ini salah satunya dibuktikan dengan pengembangan proyek strategis seperti GHP yang diharapkan dapat menjadi salah satu solusi energi berkelanjutan di masa depan.

Beroperasi sejak tahun 1982, PLTP Kamojang memanfaatkan potensi alam berupa uap panas bumi terbaik di dunia untuk menghasilkan listrik bersih. Prestasi ini menjadikan PLTP Kamojang sebagai pembangkit listrik pertama milik PLN Group yang mendapatkan sertifikasi Renewable Energy Certificate (REC) sejak tahun 2021. Terletak di Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, PLTP Kamojang mampu menghasilkan daya listrik sebesar 140 Megawatt (MW), yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik Masyarakat.

Gambar 1. Green Hydroge Plant Sumber: ( PT PLN 2024 )

4.    Konservasi Elang Jawa

Selain kawah-kawah yang dioptimalkan untuk PLTU, ada banyak kawah yang ukurannya kecil dan dijadikan objek wisata. Kawah-kawah tersebut hingga kini terus dijaga keberadaannya sehingga wisatawan bisa merasakan manfaatnya begitu pun binatang yang hidup di sana.

Salah satu binatang yang kemudian hidup berdampingan dengan kawasan PLTU Kamojang adalah Elang Jawa. Sejak tahun 2014, di tanah Kamojang dijadikan Pusat Konservasi Elang yang didirikan oleh PGE. Pusat konsevasi dilengkapi dengan fasilitas yang merujuk standar internasional dari IUCN (International Union for Conservation of Nature), GFAS (Global Facilities for Animal Sanctuary), dan IWRC (International Wildlife Rehabilitation Council). Sejak konservasi tersebut dibuka, banyak elang yang didatangkan dari berbagai daerah untuk dikembalikan ke alam bebas.

Menurut beberapa sumber, hingga saat ini di Pusat Konservasi Elang Kamojang ada 16 ekor elang yang terdiri dari 2 ekor Elang Jawa, 5 ekor Elang Brontok, dan 9 Elang Ular yang sedang menjalani masa karantina hingga mereka siap untuk terbang bebas. Konservasi Elang Jawa bukti kepedulian Pertamina mendukung keanekaragaman hayati di Indonesia.

Sebagai upaya lanjutan, dalam waktu dekat Pusat Konservasi Elang Kamojang akan menambahkan fasilitas edukasi untuk masyarakat. Fasilitas tersebut nantinya dibuka untuk umum, tujuannya supaya masyakarat dapat berpartisipasi dalam menyelamatkan elang dari kepunahan. Program lainnya akan melengkapi rangkaian destinasi Desa Wisata Kamojang.


Gambar 1.
Pusat Konservasi Elang Kamojang Sumber ( Humas Edu PKEK 2024 )

 

Wisata Pusat Konservasi Elang Kmojang berbasis edukasi dapat memberikan manfaat yang beragam baik dari masyarakan maupun wisatawan akan semakin mengenal fungsi keberagaman biota tersebut, sehingga masyarakan akan sadar dengan keberadaan biota – biota tersebut dan yang lebih penting lagi adalah kesadaran wisatawan terhadap lingkungan akan semakin tinggi, wisatawanpun akan menyadari bahaya yang dilakukan jika merusak biota – biota yang ada di alam, oleh sebab itu upaya Pusat Konservasi Elang Jawa Kamojang berbasi edukasi dapat di berikan guna memberikan keuntungan yang beragam bagi manusia maupun alam

 

5.  Kesimpulan

LTP yang tersebar di 11 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP). Salah satu pencapaian penting adalah PLTP Karaha yang mulai beroperasi pada 2018, mendukung program listrik 35.000 MW dengan tambahan suplai sebesar 227 GWh per tahun. Pada 2018, tambahan kapasitas terpasang sebesar 110 MW direncanakan melalui PLTP Sorik Marapi, Lumut Balai, dan Sokoria. Inovasi energi terbarukan terus dikembangkan, termasuk Green Hydrogen Plant (GHP) di PLTP Kamojang oleh PLN Indonesia Power, yang menghasilkan hidrogen hijau dari air kondensasi.

PLTP Kamojang, yang beroperasi sejak 1982, juga menjadi PLTP pertama PLN yang mendapatkan sertifikasi Renewable Energy Certificate (REC). Terletak di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, PLTP Kamojang berdaya 140 MW dan turut mendukung wisata lokal melalui pengelolaan kawah geothermal sebagai destinasi wisata.

Selain fokus pada energi bersih, PLTP Kamojang menunjukkan komitmen terhadap keanekaragaman hayati melalui Pusat Konservasi Elang yang didirikan pada 2014. Dengan fasilitas berstandar internasional, konservasi ini merawat berbagai jenis elang, termasuk Elang Jawa, hingga siap dilepasliarkan. Hingga kini, 16 ekor elang berada dalam karantina.

Ke depan, Pusat Konservasi Elang akan dilengkapi fasilitas edukasi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelestarian elang dan kesadaran lingkungan. Program ini juga diintegrasikan dengan destinasi Desa Wisata Kamojang, memberikan manfaat edukasi, ekonomi, dan lingkungan bagi masyarakat serta wisatawan.***

*Penulis adalah Mahasiswa Prodi Teknik Mesin Univesitas Pamulang