TangselMedia – Pemerintah mencanangkan langkah strategi terkait peningkatan perfoma logistik yang memicu ekonomi biaya tinggi. Elvyn G Masassya, Direktur Pelindo II mengatakan indeks perfoma logsitik di Indonesia mengalami penurunan menjadi peringkat 63 pada tahun 2016, dimana dua tahun sebelumnya telah berada di posisi 53 sesuai data dari Bank Dunia.
“Salah satunya di pelabuhan, ke depan salah satu cara menurunkan cost logistik setiap titik dalam supply chain itu tidak sendiri-sendiri tapi harus linked,” papar Elvyn, saat membuka diskusi Logistik Indonesia Sebagai Lokomotif Percepatan Peningkatan Daya Saing Nasional, di kantor Hipmi, Menara Bidakara II, Jakarta Selatan, Rabu (9/11/2016). Menurut Evelyn, penurunan biaya logistik ini mampu meningkatkan perfoma logistik Indonesia dengan negara lain.
Salah satu langkah nyata dalam memangkas biaya logistik yakni, dengan cara membentuk holding BUMN. Keberadaan holding tersebut akan menghasilkan biaya logistik lebih efisien.
“Saya kira sinkronisasi itu akan lebih cepat dari yang kita harapkan salah satunya merencanakan membentuk holding sektor infrastruktur, keuangan, maritim, dengan cara ini ini diharapkan ongkos bisa murah terjadi efisiensi,” papar Elvyn.
Sementara itu, menurut Direktur Lalu Lintas dan Angkatan Laut, Bay Mokhamad Hasani, mengatakan ada tiga hal yang menyebabkan biaya logistik menjadi tinggi selama ini, yaitu terjadi pertimpangan pertumbuhan ekonomi terutama Indonesia bagian Timur dibandingkan dengan wilayah lainnya, infrastruktur yang belum optimal, serta kepabeanan.
Upaya implementasi yang telah dilakukan untuk memangkas biaya logistik di kepelabuhanan, antara lain, Pelindo 2 telah menerapkan sistem ICT pada pelabuhan Tanjung Priuk, Panjang, Teluk Bayur, Jambi dan Palembang. Kemudian segala transaksi dilakukan dengan sistem ‘by electronic’, artinya segala transaksi cukup mengguna tombol secara online tanpa terkoneksi dengan manusia.
“Inisiatif perlu dilakukan untuk wilayah laut dan darat sebagai usaha menurunkan biaya logistik terutama di kepelabuhanan, seperti restrukturisasi, kepastian sandar kepelabuhanan, serta produktivitas yang harus didukung oleh kepastian terminal. Hal itu erat kaitannya juga dengan port equipment dan ICT sebagai hard dan soft infrastruktur”, ungkap Bay.