Menahan Amarah Dengan Qana’ah

Opini1099 Views
Menahan Amarah Dengan Qana’ah
Takwa (ilustrasi). Foto: alifmusic.net

TangselMedia – Carita ini didapat dari sebuah tulisan yang tersebar viral. Cerita tentang indahnya menerima ketetapan Allah atau qana’ah. Cerita tentang bagaimana menyadarkan orang-orang yang kita cintai atas pemberian Allah SWT.

Kisah awalnya seorang suami pulang ke rumah dengan membawa pesanan manga yang diminta sang istri. Saat dikupas dan disantap, ternyata buah mangga tersebut sangat asam. Sejurus kemudian sang istri pun marah-marah.

Sang suami menanggapi amarah sang istri dengan tenang. Setelah selesai didengarkan ‘bisikan setan’ ini, sang suami bertanya dengan halus, “Wahai istriku yang salehah, kepada siapakah engkau sebenarnya marah? Kepada pedagang buahnya kah? Ataukah kepada pembelinya yaitu suamimu yang telah berikhtiar dengan cinta membawakan mangga pesananmu? Atau kepada petani yang menanamnya? Ataukah kepada Yang Menciptakan buah mangga itu?”

Sang istri pun terdiam. Sebuah pertanyaan yang tidak disadari langsung sadar batinnya.

Sembari tersenyum, si suami melanjutkan nasihat hikmahnya.”Seorang pedagang buah yang baik tidak mungkin menjual buah kecuali yang terbaik. Seorang pembeli pun pasti membeli inginnya sesuatu yang terbaik pula! Begitu pula seorang petani, tentu saja ia akan merawat tanamannya agar bisa menghasilkan tanaman yang terbaik! Bukankah begitu, istriku?”

Baca Juga  Menata Hidup Dengan Prinsip Kaizen

“Maka,” lanjut si suami, “sasaran kemarahanmu kini tinggal satu, tidak lain hanya kepada yang Menciptakan mangga itu! Siapa?” Allah Jalla Jalaaluh!!!”

Pertanyaan si suami ini sekaligus mengakhiri drama melankolis sang istri yang kemudian diliputi sesal dan meminta maaf.

Cerita ini mengajarkan satu hal bahwa setiap keluhan yang berujung marah sejatinya sama saja kita tidak ridha atas ketetapan Allah. Bukankah setiap peristiwa sudah menjadi ketetapan-Nya?

Oleh karena itu, mari lah belajar ridha dan ikhlas dengan semua ketetapan Allah. Sungguh kekayaan sebenarnya dan kepuasan hidup itu ketika kita memiliki sifat ridha dan ikhlas dengan apa pun kejadian dan peristiwa-Nya.

Ibnu Batthol menginginkan bahwa ada kekayaan yang tersembunyi dan ia adalah intan berlian bagi kehidupan kitam yaitu qana’ah; ridha dengan ketetapan Allah Ta’ala dan berserah diri pada keputusan-Nya. Wallahu A’lam.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *