Politik Kawan dan lawan

Nasional, Opini1600 Views

Politik2TangselMedia.com – Saat ini politik dalam negeri tak ubahnya seperti gaduhnya para preman-preman yang sering membuat onar di masyarakat. Gaduhnya para elite politik ini telah menodai citra politik itu sendiri.

Para elite politik yang hanya memperlihatkan kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompok, terlihat jelas di media yang mempertontonkan kegaduhan guna memuluskan kepentinganya. Saling menyalahkan satu dengan lainnya, kawan bisa menjadi lawan sedangkan lawan bisa berkawan tergantung bagaimana kepentingan itu di bicarakan seperti inilah situasi perpolitikan dalam negeri.

Ideologi yang dirancang para founding father bangsa ini dengan cermat dan hikmat membuat sebuah konsep negara yang sangat luar biasa, pancasila yang menyatukan dari Sabang hingga Merauke, seharusnya para elite politik sadar akan adanya nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila yang menjadi landasan ideologi bangsa.

Sila pertama ketuhanan yang maha esa, kedua kemanusiaan yang adil dan beradab, ketiga persatuan indonesia, keempat kerayatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawatan perwakilan, kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia, bunyi sila kesatu sampai kelima seolah-olah seperti dalam teks saja implementasinya tidak ada.

Mengutip kata-kata Bung Karno “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tetapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”. Pesan kata-kata Bung Karno ini sudah jelas terlihat dalam perpolitikan yang di permainkan anak cucunya. Padahal sudah jelas di gaungkan dalam sistem pancasila tidak mengenal oposisi dan koalisi, konsep pancasila yang ada ialah semangat gotong royong untuk memajuakan bangsa dan negara. Namun semangat gotong-royong sekarang ini ialah ketika sebuah kepentingan bertemu jika tidak maka yang ada hanyalah semangat bertikai dengan kelompok-kelompok yang tidak bertemu dalam kepentingan.

Melihat dua tahun belakangan ini tepatnya sejak tahun 2014 sering terdengar istilah Koalisi Merah Putih (KMP) diisi oleh lima partai besar sedangkan Koalisi Indonesia Sehat (KIH) di isi oleh partai pemenang saat ini berserta koleganya. Sementara pertarungan politik yang sangat luar biasa yang terjadi dalam pemerintahan akibat dari adanya dua koalisi KMP dan KIH, satu diantaranya ialah kegaduhan yang ada di DPR.

Baca Juga  Hari Ini Rupiah Menguat Jadi Rp 15. 230 Per Dolar AS

Dampak oposisi dan koalisi justru membuat keterpurukan bangsa dan negara, kegaduhan  yang terjadi selama ini mengakibatkan adanya  ekonomi melemah, stabilitas politik dalam negeri terganggu, program kerja pemerintah terhambat, kesejahteraan rakyat tidak terakomodir dengan baik akibat dari keegoisan para elite politik yang hanya memikirkan kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompok.

Sangat di sayangkan karena bangsa ini di bangun bukan untuk kepentingan, bangsa ini di bangun untuk kesejahtraan masyarakatnya. Lantas kalau persoalan ego saja masih di perdebatkan bahkan sampai mebentuk sebuah wadah pertentangan antara oposisi dan koalisi, bangsa ini sudah beralih menjadi bangsa yang sarat akan kepentingan. Namun belakangan ini KMP satu persatu mulai membubarkan diri istilah kawan bisa menjadi lawan dan lawan bisa berkawan, terbukti dengan bubarnya koalisi merah putih mendukung pemerintahan, entah apa yang terjadi ketika lawan menjadi kawan.

Hal ini membuat sepekulasi bahwa hampir semua politik yang ada di indonesia ialah sebuah kepentingan belaka. Terbukti semua partai yang dulunya di luar pemerintah kini berbalik mendukung pemerintahan, santer terdengar juga adanya isu reshuffle dalam kabinet Jokowi-JK, semua pembesar partai sudah bertemu untuk membicarakan bagaimana kelanjutan kepentingan apakah di lanjutkan dan di berhentikan atau bahkan dikurangi jatah kursi.

Jelas pertanyaan tersebut muncul karena partai-partai baru yang masuk mendukung pemerintah membutuhkan kursi, dengan bergabungnya partai-partai ke pemerintahan sudah pasti akan mengurangi kegaduhan yang di pertontonkan para wakil rakyat karena rumah wakil rakyat sudah berdampingan akan membuat sebuah kompleks baru yang di beri nama kepentingan.

Jika politik sudah menunjukkan kegaduhan yang seperti itu maka yang ada ialah kenikmatan sebagian kelompok tidak memikirkan dan memperjuangkan rakyat yang memilih, bagaimana memikirkan rakyat jika kong kali kong sudah membudaya yang ada ialah permainan sebuah elite politik yang di pertontonkan untuk hiburan seluruh masyarakat Indonesia. (Ainut Taufik)