Prof Dedi: Pengelolaan Air Yang Efektif Kunci Sukses Pertanian Lahan Rawa

Prof Dedi: Pengelolaan Air Yang Efektif Kunci Sukses Pertanian Lahan Rawa
Petani menyiapkan bibit padi untuk ditanam di Desa Teja Timur, Pamekasan, Jawa Timur, Senin (10/12/2018). Pemerintah menargetkan mengembangkan tanaman padi di lahan rawa seluas 550.000 hektare pada 2019 yang tersebar di sejumlah daerah di Indonesia. (ANTARA FOTO/Saiful Bahri)

TangselMedia – Pengelolaan air yang efektif dianggap menjadi kunci sukses pertanian lahan rawa, dengan ditunjang introduksi varietas tanaman yang tepat. Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Prof Dedi Nursyamsi di Jakarta, Senin, megucapkan kunci keberhasilan lahan rawa adalah pengelolaan air.  “Dengan tata air yang tepat dan introduksi varietas berumur genjah, indeks pertanaman dapat ditingkatkan dari 100 menjadi 200,” ujarnya.

Lahan rawa memang telah ditetapkan Kementerian Pertanian (Kementan) sebagai salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional. Tetapi berbagai persoalan kemudian muncul termasuk tata airnya yang berbeda ketimbang lahan pertanian reguler. Oleh karena itu, Dedi menekankan pentingnya pengelolaan air di samping introduksi teknologi lainnya seperti padi Inpara, ameliorasi dengan dolomit, pemupukan berimbang, hingga pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) pada lahan rawa.

“Dengan berbagai upaya itu produktivitas padi juga dapat ditingkatkan dari 2 menjadi 6 ton/hektare. Jika dilakukan dengan benar maka produksi padi dapat meningkat enam kali dalam satu tahun,” ujarnya. Sebelumnya Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memastikan lahan rawa dapat menjadi solusi pangan nasional. Menurut dia, lahan rawa dapat ditanami padi, sayuran, dan buah serta menjadi habitat itik dan ikan yang dapat menyejahterakan petani.  “Semua itu dapat kita integrasikan,” katanya.

Baca Juga  Rekomendasi Hotel Di Tangerang Selatan dengan Fasilitas Kelas Atas

Menurut Amran, dari 34,1 juta hektare lahan rawa terdapat 19,1 juta hektare yang sesuai untuk pertanian. Hingga saat ini lahan rawa yang sudah dimanfaatkan untuk pertanian sekitar 3,68 juta hektare atau hanya 15 persen saja.  “Potensi lahan rawa untuk pertanian masih dapat dioptimalkan,” ujar Amran.

Untuk mencapai itu dia menetapkan program di Kementan mulai 2017 berupa program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) di enam provinsi yaitu di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Jambi, Lampung, dan Sulawesi Selatan. Melalui program itu diharapkannya lahan rawa yang selama ini tidak dioptimalkan menjadi semakin produktif dan menyejahterakan petani.