TangselMedia.com – Para praktisi properti memperkirakan pada tahun 2018 menjadi tahun booming bisnis properti, mengingat lahan ketersediaan yang tidak sebanding dengan jumlah kebutuhan konsumen.
Oleh sebab itu, banyak pihak menyarankan bahwa tahun ini adalah tahun yang tepat untuk membeli properti dengan pertimbangan harga bakal terus naik di masa yang akan datang.
Meskipun demikian, perlu ada beberapa hal yang musti diperhatikan bagi konsumen sebelum mengambil langkah membeli properti impian mereka.
Poin pertama, konsumen harus jeli memikirkan semuanya dengan matang dan tidak terburu-buru dalam memilih properti. Menurut Managing Director Synthesis Square, Julius Warouw menjelaskan bahwa konsumen saat membeli berarti juga belajar dari pengalaman. Maka, disarankan konsumen lebih waspada dan teliti, maksudnya cari beberapa agen atau pengembang yang bisa jadi perbandingan baik kualitas maupun kredibilitasnya.
Yang kedua, Julius menyarankan saat konsumen membeli properti sebaiknya memikirkan jangka panjang, antara 5 hingga 10 tahun ke depan. Sehingga konsumen pada waktu membeli properti, harus menentukan tujuan apakah properti ini diperuntukkan tempat tempat tinggal sendiri atau hanya sebagai investasi jangka panjang saja.
Poin yang ketiga, konsumen perlu memikirkan masak-masak keuntungan dan kerugian apa saja ketika membeli properti di tahun ini. Menurut Julius, konsumen harus paham bahwa mempunyai properti musti menilai tentang keunikan dan nilai tambah di tiap tahunnya. Seperti, akses moda transportasi masal mudah dijangkau, dilengkapi dengan fasilitas misalnya tersedia rumah sakit, sekolah, pasar, dll.
Momen tepat 2016
Sejumlah faktor turut mendukung menjadikan tahun 2016 ini merupakan momen yang tepat untuk membeli properti. Sebab dipastikan pada tahun 2018 nanti kebutuhan hunian dan komersial bakal meningkat seiring dengan bertambahnya kebutuhan konsumen untuk memiliki properti.
Dengan kondisi demikian, harga jual dan sewa pun semakin menarik dijadikan sebagai investasi potensial mendorong ke arah pertumbuhan positif.
Hal lainnya yaitu berlakunya integrasi pasar tunggal Asia Tenggara atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 31 Desember 2015 lalu yang memaksa Bank Indonesia (BI) mengambil langkah menurunkan tingkat suku bunga menjadi lebih kompetitif.
Dari segi tingkat inflsi yang ditargetkan menyentuh level 3,4 persen atau bisa dibilang terendah sepanjang 10 tahun belakangan ini, turut menjadi faktor sektor properti menjadi primadona kembali.
Dengan kondisi tersebut, otomatis suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) pun akan rendah dan mengikuti penurunan tingkat inflasi serta BI Rate, ungkap pemaparan dan prediksi Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI), Panangian Simanungkalit, akhir bulan Januari lalu.
Dengan berbagai faktor yang menguntungkan konsumen dalam membeli properti, Panangian menganjurkan konsumen baik dengan motif investasi maupun pengguna akhir (end user) agar segera membeli properti tahun ini, sebab tahun 2016 merupakan tahun yang tepat beli properti, ungkap Panangian.