Beralih Dari Kusen Kayu Ke Kusen Aluminium

BERALIH DARI KUSEN KAYU KE KUSEN ALUMINIUM

Oleh : Nurjaya*

Kontruksi bangunan, baik gedung, apartemen, perkantoran, hotel, dan paling kecil rumah tinggal memerlukan kusen untuk pintu dan jendela sebagai bagian penting untuk kenyamanan, keindahan dan keamanan. Desain kusen cukup beragam, dan untuk memperoleh tampilan yang bagus diperlukan desain, bahan dan pengerjaan yang presisisi dan rapi sehingga diperoleh kusen dengan bentuk yang estetik. Tidak hanya sebatas memenuhi fungsi, kusen pintu dan jendela diharapkan memiliki ketahanan pakai, kemudahan perawatan dan tentu saja harga yang terjangkau oleh konsumen. Di Indonesia, kusen pintu dan jendela umumnya dibuat dari material kayu, seperti kayu jati, mahoni, kamper, dll. Kusen kayu mudah kita peroleh di tukang kusen kayu yang biasanya membuat lapak kerjanya di pinggir-pinggir jalan.

Pembuatan kusen masih dikerjakan secara konvensional, dari proses pengukuran, pemotongan, penyerutan, pengeboran bahkan hingga finishing dengan cat atau plitur. Kelebihan kusen kayu adalah keindahan dari serat-serat alami yang dimiliki. Kindahan itu akan kelihatan semakin elegan dengan dipadukan dengan warna cat atau keramik. Usia pakai kusen kayu cukup lama, dengan catatan kayu tersebut merupakan jenis kayu yang baik yang tidak mudah dimakan rayap. Material kayu lebih mampu meredam kebisinngan serta mudah dibentuk dengan berbagai desain. Tidak kalah penting, bahwa kayu mampu menaikan nilai properti karena nilai etnik yang dimiliki.

Namun di sisi lain kusen dari kayu juga memiliki kekurangan, antara lain rawan dimakan rayap, berat sehingga merepotkan dalam pemindahan, dapat berubah bentuk dan ukuran karena cuaca, rentan terhadap api, air dan tentu saja harganya lebih mahal apabila kusen terbuat dari kayu yang berkualitas tinggi serta ditambah proses produksi yang rumit. Perawatan kusen seperti pengecatan dan pemplituran juga harus dilakukan secara berkala untuk menjaga kusen lebih awet dan terjaga tampilan warnanya.

Beberapa alasan tersebut mendorong para engineer khususnya teknik mesin, sipil dan industri untuk mengembangkan material alternatif sebagai bahan kusen bangunan dari logam khususnya aluminium. Kelebihan kusen aluminium adalah lebih ringan dibandingkan kayu, lebih tahan terhadap cuaca dan rayap. Kekuatan aluminium juga cukup bagus, harga yang lebih terjangkau, serta tahan lama. Dari segi estetika, kusen aluminium tampak lebih modern dan mewah, bisa dilapisi dengan berbagai warna, dan halus pada permukaan dan finishing. Saat ini banyak kita jumpai rumah dan gedung yang menggunakan aluminium sebagai bahan kusen maupun pintu.

Baca Juga  Penyuluhan Mahasiswa Unpam Tentang Menentukan Kualitas Bahan Produk Sabun Lerak dan Spray
Sumber gambar persadaland.com

Pembuatan kusen aluminium tidak dapat dipisahkan dari proses pembuatan aluminium itu sendiri. Proses pembuatan aluminium terbagi menjadi empat tahap, antara lain proses penambangan, proses elektrolisis, proses pemurnian dan pengecoran dan yang terakhir adalah proses pembentukan. Proses penambangan meliputi penambangan bijih bauxit, kemudian pencucian dan penggilingan sehingga dihasilkan alumina (Al203). Selanjutnya alumina diubah menjadi elektrolit dengan cara dicampur dengan kriolit dan fluks (kapur) dengan prosentase tertentu. Elktrolit tersebut kemudian diproses dalam sel elektrolisis menggunakan arus listrik tinggi. Melalui proses pemisahan tersebut akan diperoleh aluminium cair.

Aluminium cair kemudian dimurnikan dengan cara dipanaskan (dilebur) dan diberikan paduan untuk mengurangi impurities. Produk setengah jadi aluminium dari hasil pengecoran aluminium cair berupa ingot, billet atau lembaran. Jenis aluminium yang banyak digunakan untuk kusen pintu antara lain 6063, 6061, 6082 yang memiliki karakter ringan, kuat dan tahan korosi. Produk setengah jadi ini akan melewati proses pembentukan untuk menjadi sebuah produk. Aluminium batangan yang nantinya digunakan untuk membuat kusen diperoleh melalui proses lanjutan ini. Proses pembuatan aluminium batangan menggunakan proses ekstruksi panas, di mana aluminium akan dipanaskan hingga temperatur rekristalisasi kemudian didorong memasuki celah dengan penampang tertentu yang berfungsi sebagai cetakan. Hasilnya adalah aluminium batangan dengan penampang khusus untuk material kusen. Produk ini sudah bisa didristibusikan ke toko-toko lagam atau bangunan, kemudian dibuat kusen pintu dan jendela berbagai ukuran oleh tukang kusen.

Dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan kusen kayu dan aluminium, maka kita memiliki pilihan sebelum berbelanja kebutuhan material bangunan, dan tentu saja bisa mengukur antara kebutuhan, rencana serta budget yang tersedia.

 

*Penulis adalah Dosen Prodi Teknik Mesin Universitas Pamulang