Idealis yang Realistis atau Realistis yang Idealis?

Opini1367 Views

Abad 21 adalah masa di mana segala kebutuhan serba praktis. manusia semakin mudah dalam menjalankan kesehariannya karena teknologi yang semakin canggih. Dari serba praktis menjadikan manusia semakin hedonis, dan apatis, terutama dalam hal sosial, dan kebutuhan sekunder yang  seperti kebutuhan primer.

Indonesia adalah Negara yang kaya akan alam, budaya, bahasa hingga hal lainnya dapat ditemukan di Indonesia. Tapi, saat ini Indonesia terlihat miskin. Bukan karena bahasa, bukan pula karena alam, ataupun budayanya. Tapi, karena keterpurukkan, kesenjangan, dan degradasai moral. Karena saat ini masyarakat Indonesia hidup serba realistis, dan yang lebih mirisnya ialah oportunistis. Bahkan hingga hal-hal kecil seperti buang sampah, jika terjadi banjir pemerintah setempat yang disalahkan, kemudian perokok menghukum anak yang merokok, hingga masalah-masalah lain yang diselesaikan, justru memperumit  masalah tersebut.

Berbicara mengenai keterpurukan, kesenjangan, sekaligus degradasi moral adalah masalah yang harus segera dituntaskan, dan Harus ada seorang atau sekelompok orang yang berani menyuarakan dengan lantang, permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini. Orang-orang yang mewakili suara rakyat, dan pemimpin masa depan Negara yaitu mahasiswa.

Mahasiswa adalah agent of change untuk Negara, yang berani berbicara bahwa kebathilan harus dihapuskan, kemudian menegakkan kema’rufan, dan menomorsatukan idealisme yang hanya semata-mata merasakan keresahan, dan memiliki keinginan merubah kondisi Negara dan Bangsanya menjadi lebih baik.

Sayangnya, dewasa ini mahasiswa terkhusus di Indonesia mulai hilang suaranya, terbungkam seribu bahasa, walaupun banyak dari mereka yang berdiskusi tentang idealisme bangsa dalam memperjuangkan kemerdekaan tanah air pada saat itu. Banyak dari mereka yang ikut terlibat, yang katanya ingin membantu mengatasi permasalahan di Indonesia, membangun relasi dengan pemerintah, terjun langsung di struktur kepemerintahan kemudian mengekspos diri mereka yang sedang bersama aparat pemerintah, Dan bahkan mahasiswa saat ini hanya banyak mengejar prestasi, IPK harus di atas rata-rata, mengejar target lulus 3,5 tahun, hanya diam jika dosen salah, serta menjadi penonton bayaran acara-acara di tv tapi tidak menjadi pembicara. Eksistensi sangatlah penting untuk pribadi yang ingin dikenal oleh orang-orang di sekitarnya, dan yang terpenting adalah bermanfaat bagi sekitarnya. Tapi, apa yang terlihat seperti mencari sensasi semata, dan terlihat pula opotunistisnya. Sehingga bukan hanya aparat pemerintah saja yang memiliki banyak topeng, melainkan mahasiswa saat ini pun juga memiliki banyak topengnya. Hingga akhirnya realistis yang terlihat idealis karena kepintarannya digunakan untuk membodohi banyak orang, dan yang lebih parah menjerumuskan banyak orang.

Baca Juga  KDRT dan Upaya Penegakannya

Terbukti mahasiswa saat ini terbungkam karena terpengaruh, dan mempengaruhi realisme, dan apa yang akan terjadi dengan Bangsa ini jika mahasiswanya apatis, hedonis, dan oportunistis?. Bukan berarti idealisme hilang, melainkan orang-orang yang idealis terpinggirkan karena lebih banyak orang-orang yang realistis Hingga akhirnya orang-orang yang idealis pun terlihat realistis karena 3 masalah utama yang semakin merajalela. Maka pilihannya adalah reaslistis yang idealis atau idealis yang realistis?

Penulis: Bahtera Hadi

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta