TangselMedia.com – Hari Kartini merupakan hari dimana para perempuan patut berkontemplasi, mengenang perjuangan Kartini tentu sekaligus merenungkan peran perempuan dimasa era modern yang tengah berlangsung. Hari Kartini ini telah ditetapkan sejak tanggal 4 Mei 1964 oleh presiden Soekarno. Kartini memperjuangkan hak-hak perempuan melalui sekolah Kartini dan penulis buku “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Dalam momentum ini sangat patut untuk direnungkan, terutama bagi perempuan, bagaimana perempuan berperan dalam segala bidang, baik pendidikan, ekonomi, politik, hukum, keamanan, dan pertahanan.
Bunda kita Kartini membuktikan bahwa perempuan harus berperan dalam bidang-bidang tersebut. Bagaimana menjadi perempuan terampil, bagaimana menjadi perempuan yang mandiri, dan entitas kodrati hanya berada pada persoalan rumah tangga. Kartini membuktikan bahwa perempuan mempunyai hak dalam entitas kemodernan.
Di bidang Budaya, jika kita telisik lagi lebih dalam, dalam tradisi-tradisi lokal dan suku-suku tertentu, masih jauh dengan apa yang disebut “Emansipasi” masih banyak ketimpangan-ketimpngan yang sangat jauh dari kebebasan dan kemerdekaan perempuan, seperti tradisi “mencoba” sebelum dinikahi, dan masih banyak lagi.
Lagi-lagi ini adalah refleksi hari Kartini, momentum ini menjadi ajang yang sangat tepat untuk memikirkan dan menindak apa yang seharusnya perempuan lakukan. Bagaimana prioritas budaya dan peran perempuan, bagaimana nilai-nilai keperempuanan menjadi dasar bagi perannya di masa Era Modern ini.
Penulis kira, perlu adanya perubahan yang mendasar bagi peran kaum perempuan pada era sekarang, dengan merefleksikan hari Kartini ini, guna menyadarkan bahwa peran perempuan nanti jika sudah berumah tangga, tidak hanya jadi ibu rumah tangga saja. Akan tetapi, persaingan di jaman sekarang berbeda dengan jaman dahulu, dimana sekarang sudah saatnya perempuan bersaing dalam hal bidang apapun. Untuk membuktikan bahwa perempuan tidak hanya tugasnya mengasuh anak dirumah dan memasak saja didapur, akan tetapi perempuan sekarang harus bisa berkarir, mengenyam pendidikan setinggi mungkin, untuk bisa mengembangkan dan memajukan jati diri Bangsa.
Selain itu, dalam bidang politik, peran perempuan dalam dunia pemerintahan juga masih mendiskreditkan perempuan, misalnya hanya 30% perempuan yang boleh menduduki kursi-kursi DPR. Lagi-lagi ini menjadi refleksi bersama tidak hanya untuk perempuan tetapi juga laki-laki.
Dalam bidang ekonomi, perempuan hanya menjadi “lahan bisnis” yang menguntungkan dalam sektor penjualan produk-produk tertentu, terutama iklan yang dimuat dalam televisi, baik perusahaan lokal maupun asing, yang banyak sekali menggambarkan perempuan. Memang, daya tarik perempuan banyak menguntungkan, tetapi Lagi-lagi ini menjadi bahan refleksi kita sebagai manusia yang memanusiakan manusia. Lagi-lagi ini menjadi cambukkan bagi kita semua baik laki-laki maupun perempuan.
Refleksi-refleksi yang sepatutnya menjadi kegiatan rutin kita setiap tahunnya, mesti direnungkan bersama, dipikirkan secara mendalam, lalu di realisasikan kedalam bentuk nyata. Maka akan timbul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Inilah cita-cita Kartini sesungguhnya. (Siti Mahfuzoh)