Dampak Terselubung Dari Penerapan PSBB

Dampak Terselubung Dari Penerapan PSBB

Oleh. R. Dede Siswandi*

 

Berbagai spekulasi muncul tentang asal-usul Covid -19. Beberapa ilmuwan dari berbagai Negara mengklaim bahwa Covid -19  terjadi bukan karena alami namun karena kesalahan dalam melakukan reset di bidang kesehatan yang dibuata di Laboratorium, Wuhan,  China. Dikatakan bahwa sebenarnya China sedang melakukan riset untuk menemukan obat penangkal virus HIV. Namun terjadi kesalahan sehingga mengakibatkan virus bermutasi secara cepat dan membentuk virus baru yang dinamakan Covid -19.

Hal itu hanyalah spekulasi dan tudingan dari berbagai negara seperti Amerika, Eropa, dan Australia yang belum bisa dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Benar tidaknya tuduhan itu tergantung dari bukti ilmiah yang harus dibuktikan terlebih dahulu oleh negara-negara yang menuduh bahwa Covid -19 adalah virus buatan manusia dan disebabkan karena kesalahaan riset yang terjadi di laboratorium Wuhan, China. Hanya waktu yang bisa menjawab apakah tuduhan itu benar atau hanyalah suatu kegalauan dan kepanikan karena Covid -19  begitu mematikan dan begitu cepat menyebar ke seluruh dunia.

Covid -19,  yang sampai sekarang belum ditemukan obat maupun vaksinnya,  telah memakan korban ratusan ribu manusia dari berbagai Negara. Tidak ada satupun negara yang siap dalam mengahadapi pademi virus yang mematikan ini, Hampir semua Negara panik dan tegang menghadapi serangan penyakit yang kasat  mata ini. Ketegangan itu bertambah ketika dalam sehari Covid -19  telah menyerang ratusan orang dan merenggut nyawa ribuan orang. Kesiapan infrastruktur, tenaga medis dan obat-obatan mejadi kendala utama dalam mengatasi pandemic ini.

Apakah Covid -19  itu buatan manusia atau terjadi karena alami bukan sesuatu yang harus diperdebatkan pada saat ini, Yang harus dilakukan bagaimana mencegah pandemic in tidak terus menyebar. Para ahli telah menemukan cara dalam mencegah penyebaran pandemic ini yaitu dengan social distancing dan physical distancing,  suatu cara dimana orang harus menjaga jarak satu sama lain dna menghindari kerumunan agar penyakit ini tidak perpindah ke orang lain.

Namun tenyata dampak yang ditimbulkan dari kebijakan social distancing dan physical distancing begitu besar terhadap segi sektor, politik, hukum, budaya, social, ekonomi, financial, pemasaran, investasi, risk management, pendidikan dan lain-lain. Dari sekian segi sector yang disebutkan di atas yang paling terkena dampak yang paling parah adalah sector ekonomi.dan pendidikan. Dengan diharusnya pegawai bekerja di rumah membuat perusahaan tidak begitu produktif dibanding dengan jika pekerja bekerja di dalam lingkungan  perusahaan. Sementara itu, perusahaan yang bergerak di bidang transportasi, jasa dan produksi terhambat bahkan sebagian perusahaan harus berhenti karena perusahaan harus merumahkan pegawainya untuk mengiktui kebijakan social distancing dan physical distancing.

Baca Juga  UIN Jakarta Kembangkan Kewirausahaan Jalin Kerjasama Pemkot Tangsel

Solusi yang diambil oleh pemerintah dengan penerapan social distancing dan physical distancing  adalah dengan menghentikan sebagain  proyek infrstruktur dan mengalihkan dananya untuk mengatasi dampak dari kebijakan yang dikeluarkan. Di satu sisi, proyek infrastruktur terhambat atau bahkan berhenti, namun permerintah saat ini harus memperhatikan skala prioritas. Dan prioritas itu adalah mengatasi menyebaran  convid -19 agar tidak menyebar sehingga pandemic yang telah membuat sengsara banyak orang segera berakhir.

Dampak yang tidak terlihat dari penerapan PSBB yang kurang mendapat perhatian ,yaitu dampak psikologi. Dampak psikologi yang paling meresakan adalah pelajar dari berbagai tingkat satuan pendidikan. Pada mula diterapkannya PSBB, mereka merasa senang karena mereka tidak perlu pergi ke sekolah. Mereka senang bisa menghilangkan kebosanan dan kepenatan selama di sekolah. Mereka tidak perlu lagi bertemu dengan teman yang menjengkelkan, pelajaran yang membosankan dan guru yang menyebalkan. Mereka bisa beristirahat dan belajar dengan tenang di rumah.

Namun situasi belajar di rumah sudah mendekati titik jenuh.  Kejenuhan telah mempengaruhi psikologis mereka. Jika liburan sekolah ketika  pandemic corona belaum menyerang, mereka bisa bersosialisasi, berbagi cerita, bercanda dan bermain dengan temannya di luar sekolah. Situasi menjadi berbeda ketika corona merebak, mereka tidak bisa melakukan itu semua karena mereka harus mengikuti aturan yang harus diikuti dalam masa PSBB dengan menerapkan social dan physical distancing.

Kejenuhan akan membawa ke arah depresi. Jika sudah terkena depresi maka daya tahan tubuh atau imun akan menurun. Penyakitpun akan mudah menyerang karena tubuh tidak bisa melindungi diri dari ipenyakit yang datang dari luar.  Saat ini, pelajar yang terserang corona tidak banyak jika dibanding dengan jumlah pelajar yang ada di Indonesia. Namun jika mereka mengalami depresi, bukan tidak mungkin jumlah pelajar yang yang terjakit penyakit lain akan lebih banyak.

Pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, seyogyanya pertimbangkan untuk segera membuka sekolah seperti halnya membuka Mal.  Tentu saja dengan memperhatikan protocol kesehatan. Karena jika hal ini terus dibiarkan bukan tidak mungkin hal yang lebih buruk akan terjadi.***

 

*Dosen Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Pamulang