TangselMedia-Mainan lato-lato mendadak viral karena masyarakat Indonesia dari anak-anak hingga dewasa memainkannya dimana-mana. Permainan ini juga ada di negara lain, bahkan diklaim berasal dari Eropa dan Amerika Serikat yang muncul pada akhir tahun 60-an dan populer di awal tahun 70-an. Salah seorang yang membuat mainan ini diproduksi banyak adalah Marvin Glass asal Chicago, seorang pengusaha mainan terkenal dan tersukses pada masanya. Inilah yang membedakan lato-lato saat ini dari plastik, karena dulu mainan tersebut dibuat dari nilon dan serat kaca anti pecah. Permainan ini di Amerika Serikat popular dengan sebutan ‘Clackers Balls’, di Spanyol disebut ‘Tiki-Taka’, di Inggris terkenal dengan ‘Clackers knockers, di Perancis dinamakan “Tac-Tac”, di Brazil disebut “Bate-Bate”, di Chili dinamai ‘Pendulums’, di Mesir terkenal dengan nama ‘Sisi”. Dan bagaimana sebutan lato-lato di negara kita? Ada beragam nama permainan lato-lato dari warga lokal di berbagai daerah seperti, Etek-etek (Jateng), Nok-nok (Jabar), Kato-Kato (Makassar).
Awalnya, permainan ini diciptakan bukan sekedar mainan, melainkan memang sebagai alat pembelajaran ilmu fisika. Pendulum plastik tersebut digunakan untuk menjelaskan pada anak mengenai adanya Hukum Newton di dalam mainan tersebut. Hukum Newton merupakan hukum dasar yang merumuskan pengaruh gaya terhadap perubahan gerak atau perpindahan kedudukan suatu benda. Sesuai dengan namanya, Hukum Newton dikemukakan oleh Sir Isaac Newton, seorang ilmuwan Inggris yang mempelajari tentang gerak. Berdasarkan sejarah, Isaac Newton merumuskan Hukum Newton setelah melakukan kajian terhadap pendapat Aristoteles dan Galileo Galilei mengenai gerak suatu benda.
Hukum III Newton berbunyi: “Ketika suatu gaya (aksi) diberikan pada suatu benda, maka benda tersebut akan memberikan gaya (reaksi) yang sama besar dan berlawanan arah dengan gaya yang diberikan.” Dengan begitu, Hukum Newton ini juga disebut sebagai hukum aksi-reaksi.
Pada permainan lato-lato, Hukum III Newton terlihat pada saat kita memainkannya dengan sekali hentakan tangan, maka pendulum plastik itu akan memantul. Ini dinamakan peristiwa Tumbukan Lenting Sempurna, yaitu tumbukan dimana tidak ada kehilangan energi kinetik setelah tumbukan, momentumnya tetap, dan tidak berubah atau disebut Hukum Kekekalan Momentum. Hukum ini terjadi ketika dua benda bertumbukan dari arah berlawanan, maka benda tersebut akan berpisah dan kembali ke arah dia berasal dengan kecepatan yang sama seperti sebelum ia bertumbukan. Penjelasan ini memberikan catatan, karena momentum dipengaruhi massa dan kecepatan benda, maka lato-lato hanya bisa bekerja apabila dua bandulnya memiliki massa yang sama. Jika salah satu bandul diganti dengan yang lebih besar atau lebih kecil, maka lato-lato tidak bisa dimainkan dengan mulus. Menarik bukan? Ternyata lato-lato yang viral ini tak hanya asyik dimainkan, tetapi juga jadi contoh fisika yang menyenangkan.
Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dengan jumlah siswa sebanyak 11 orang sudah dilaksanakan pada tanggal 14 – 15 Maret 2023 di SMP IT Tunas Insan Mulia Sawangan Depok yang beralamat di Jl. Jambu RT. 02/05 No. 81 Kedaung Sawangan. PkM ini merupakan kegiatan tiga orang dosen dari Prodi Teknik Mesin Universitas Pamulang yang diketuai oleh Dra. Edi Tri Astuti, M.Eng., Ihat Solihat, S.Si., M.Sc. dan Dr. Ersam Mahendrawan, S.Pd., M.Pd., keduanya sebagai narasumber serta melibatkan dua orang mahasiswa dari Prodi Teknik Mesin Unpam. Dari kegiatan ini diharapkan siswa SMPIT Tunas Insan Mulia mulai menyukai ilmu pengetahuan alam (IPA) khususnya fisika.
Banyak kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar fisika, hal ini disebabkan karena banyaknya anggapan bahwa fisika sulit dan menakutkan karena berhubungan dengan angka, rumus dan hitungan. Dengan anggapan itu akhirnya berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Semoga dengan adanya peragaan permainan lato-lato yang menarik akan merubah pandangan dan menggugah minat untuk menyukai fisika. Atas nama tim PkM dari Prodi Teknik Mesin, Universitas Pamulang kami mengucapkan terima kasih kepada pihak sekolah yang telah memfasilitasi tempat dan peralatan yang dibutuhkan selama kegiatan PkM berlangsung. Acara ditutup dengan foto bersama dosen, mahasiswa, dan siswa SMP IT Tunas Insan Mulia.***