Prodi Sekretari Unpam Gelar Seminar Nasional Pendidikan Vokasi Secara Virtual

TangselMedia-Program Studi D-III Sekretari Universitas Pamulang menggelar webinar nasional dengan tema, “Peningkatan Kompetensi Mahasiwa Melalui Program Vokasi untuk Memenuhi Kebutuhan Dunia Industri” pada Sabtu (20/2/2021) melalui aplikasi zoom berjalan sukses. Narasumber pada webinar nasional ini adalah Prof. Dr. Ir. Budiyono, M.Si, Dekan Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro (Undip) dan Dr. Ir. Wendi Usino, M.S.I., M.M.,  Rektor Universitras Budi Luhur (UBL)

Dalam sambutannya, Kaprodi Program Studi Sekretari Sugiyarto menyampaikan pentingya kegiatan ini. “Webinar nasional ini merupakan implementasi dari kampus merdeka dan hasil kerjasama antar Universitas Pamulang, Universitas Dipenogoro dan Universtias Budi Luhur. Sebuah kerjasama dan sinergi untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa sesuai kebutuhan industri dan siap kerja. InsyaAllah, narasumber yang berkompeten akan menjelaskan semua itu,” terangnya.

Sambutan kedua disampaikan oleh warek satu Universitas Pamulang, Nurzaman. “Pendidikan Vokasi merupakan bagian pendidikan nasional. Kegiatan ini merupakan upaya peningkatan kompetensi yang relevan, link and match antara dunia pendidikan dan industri. Oleh sebab itu, seminar virtual ini merupakan ciri khas budaya ilmiah yang terus ditingkatkan agar memperoleh ilmu pengetahuan khususnya pendidikan vokasi,” ujarnya.

“Jika kebutuhan dunia industri diisi oleh lulusan yang terampil dan mempunyai kompetensi, dan terus dikembangkan akan menginspirasi dunia usaha dan industri. Kita jangan asyik dengan supply driven, sebab belum tentu dibutuhkan dalam dunia usaha dan industri., tapi juga demand driven. Undip dan UBL sudah malang melintang dan matang dalam pendidikan vokasi, sedangkan Unpam mau beranjak dewasa. Perlu diarahkan bagaimana pendidikan vokasi yang dibutuhkan sesuai kebutuhan  industri,” lanjut Nurzaman.

Narasumber pertama Prof. Budiyono menyampaikan pendidikan vokasi maju, maka kita maju. “Kemajuan pendidikan vokasi di Indonesia adalah kemajuan dari adik-adik mahasiswa sehingga Indonesia menjadi lebih baik. Vokasi harus seimbang antara hard skill dan soft skill. Hidupkan kembali soft skill seperti etika, sopan-santun, dapat dipercaya, disiplin, mandiri, tanggung jawab, luwes, lincah, mudah berkomunikasi, semangat kerja keras dan belajar seumur hidup,” ungkap Dekan Sekolah Vokasi Undip ini.

“Model link and match, antara dunia kampus dan industri agar bisa dimaksimalkan, supaya lulusan kita akan siap kerja. Agar link and match itu tercapai, maka kampus mencetak SDM unggul, menentukkan spesifikasi kebutuhan lulusan, merancang kurikulum bersama sesuai kebutuhan industri,  mahasiswa dididik, penerapan magang, pemberian training dosen/mahasiwa dari dunia kerja/usaha,  memberikan beasiswa/donasi dibiayai oleh dunia kerja/usaha, sertifikasi distempel bersama, kemudian direkrut dalam dunia kerja/usaha dan riset dunia kerja/usaha,” ujar Prof. Budiyono.

“Mana yang lebih siap kerja, pendidikan vokasi atau akademik? Tentu pendidikan vokasi siap kerja karena belajar teori hanya 30 persen, praktek 70 persen. Sedangkan pendidikan akademik belajar teori 70 persen, praktek hanya 30 persen. Pendidikan vokasi lebih siap kerja karena penguatan keterampilan tertentu, sedangkan akademik penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dan belum siap kerja,”  tambah Prof. Budiyono.

Baca Juga  Aldrin Ramadian Adik Dari Airin Rachmi Diany Wali Kota Tangerang Selatan Ingin Maju Pilkada Tangerang Selatan 2020 Sudah Dapat Restu Dari Sang Kakak

Prof. Budiyono melanjutkan,  jangan lupa prinsip dasar pendidikan vokasi yang disampaikan oleh Mas Menteri Nadiem Makarim. “Kenalkan mahasiwa ke dunia industri seluas-luasnya. Ajaklah dunia industri ke kampus sebanyak-banyaknya. Maka, akan menghasilkan lulusan yang siap kerja. Kesempatan agar vokasi tampil prima yaitu dengan penguatan pendidikan vakasional seperti revitalisasi pendidikan vokasi, link and match secara ideal, magang, sebagaiman dalam konsep kampus merdeka dan merdeka belajar. Kapitalisasi kompetensi agar hard skil dan soft skill seiring sejalan, menjadi pribadi yang utuh, siap kerja dan berkompeten,” ungkap Prof. Budiyono.

Narasumber kedua, Wendi Usino juga menyampaikan bagaimana penddikan vokasi di Universitas Budi Luhur. “UBL juga mempunyai program vokasi yang link and match untuk memenuhi kebutuhkan industri dan memperkuat pendidikan vokasi. Menjadikan mahasiswa yang bisa bekerja, berkarya dan bermanfaat bagi bangsa dan negara. Seperti pendidikan di Jerman, setelah lulus SD, siswa dibolehkan memilih vokasi (Ausbildung) atau akademik (University). Jika ia memilih Ausbilding, maka mahasiswa bisa menghasilkan uang sambil kuliah. tiga hari kerja di industri, dua hari kembali belajar teori di kampus. Link and match dirasakan betul oleh mahasiwa secara langsung.  Itu yang membuat pendidikan vokasi di Jerman maju,” ungkap Wendi yang juga Dekan Universitas Budi Luhur.

“Kampus UBL pada kondisi new normal juga menerapkan pembelajaran online.  Program D-III seperti manajemen informasikan, komputerisasi akuntansi dan sekretari. Untuk bidang peminatan kami bagi menjadi tiga yaitu jaringan komputer, desain grafis dan otomasi manajemen perkantoran. UBL juga melakukan kolaborasi dengan Cisco Academy, Oracle Academy, Adobe Photoshop, dan Microsoft Office,” terang Wendi yang pernah kuliah di San Diego AS.

Wendi melanjutkan, mahasiwa tidak hanya mendapatkan ijasah, tapi sertifikasi. “Mahasiwa yang sudah lulus tidak hanya mendapat ijazah, tapi juga bermacam-macam sertifikasi dari Cisco, Oracle, Microsoft Offive, Adobe, dan Miktoritik MTCNA. Sertifikasi akan dibutuhkan nantinya dalam dunia industri. Strategi UBL untuk meningkatkan kompetensi yaitu kolaborasi, magang, sertifikasi, penguasaan bahasa asing dan berbagai fasilitas. Begitu juga strategi ketika menghadapi Covid, kami melakukan kolaborasi, melihat peluang, menentukkan nilai-nilai untuk stakeholder, mengintegrasikan seluruh unit untuk sinergi, mentrasformasi seluruh kegiatan ke arah digital, kreatif dan inovati dan menerapkan sembilan nilai kebudilhuran,” tutup Wendi yang juga menempuh S3 di Universiti Kebangsaan Malasyasia.

 

Kontributor : Deni Darmawan