Dosen Agama Unpam Gelar Webinar Seminar Nasional Agama dan Sains

TangselMedia-Lembaga Kajian Keagamaan Universitas Pamulang (LKK-UNPAM) menggelar Seminar Nasional secara virtual pada Sabtu (5/12/2020) dengan tema “Memahami Ajaran Agama dengan Pendekatan Sains”. Narasumber pada seminar ini adalah Prof. Dr. Thomas Djamaluddin sebagai Kepala Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional dan Prof. Dr. Ahmad Thib Raya Guru Besar UIN syarif Hidayatullah Jakarta.

Seminar ini juga turut di hadiri oleh Ketua Yayasan Sasmita Jaya, Rektor, Struktural, Dosen, dan dihadiri oleh ribuan mahasiswa, tidak hanya mahasiswa beragama Islam, tapi juga mahasiswa beragama Kristen, Hindu dan Budha.

Sambutan pertama datang dari ketua LKK H. Sofyan Hadi Musa, M.A. “Walaupun seminar  secara virtual karena pandemi Covid-19, kita masih bisa mengikuti seminar dari rumah masing-masing, walaupun masih ada kendala dalam hal teknis. LKK tidak hanya memayungi agama Islam saja, tapi semua agama seperti agama Kristen, Hindu, Budha,dan Konghuchu,” ujarnya.

“Semoga seminar ini menambah wawasan keagamaan dari perspektif sains. Menanamkan nilai-nilai agama yang penuh kasih sayang, menyebarkan cinta, kedamaian dan menghindari hal-hal yang negatif dan menghindari perpecahan,” pesan pengisi program IQRO di TVRI ini.

Dalam sambutannya, Rektor Unpam Dr. Dayat Hidayat, M.M, menyampaikan pentingnya seminar ini. “Temanya sangat bagus dan juga narasumbernya yang kompeten dan pengalaman. Ambil pelajaran terkait ajaran agama melalui pendekatan sains agar bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Sambutan juga datang dari Ketua Yayasan Sasmita Jaya. “Semoga kehadiran narasumber dan kegiatan ini memberikan ketenangan, kedamaian, suasana aman dan jauh dari kegaduhan,” terang ketua Yayasan Sasmita Jaya Dr. (Hc) H. Darsono di tengah sambutannya.

Materi pertama disampaikan oleh Prof. Thomas Djamaludin terkait motivasi dalam sains. “Motivasi mempelajari sains ada di dalam Al-Quran. Dalam surat Al-Imran ayat 190-191 ada 4 ciri yaitu senantiasa ingat kepada Allah dalam segala aktivitas. Kedua, senantiasa bertafakur dalan penciptaan langit dan bumi. Ketiga, jika ada sesuatu yang mengagumkan dikembalikan lagi kepada sang pencipta Allah Swt. Ke-empat, senantiasa menyadari akan kelemahan serta khilaf dalam penjelajahan intelektual tersebut,” jelas Prof. Thomas yang telah menyelesaikan studi S2 dan S3 di Universtias Kyoto Jepang jurusan astronomi.

Beliau melanjutkan, bahwa kebenaran Al-Quran itu sifatnya mutlak. “Al-Quran kandungannya tetap dan mutlak namun yang berkembang dari segi tafsirnya,” ujarnya.

“Allah yang akan menjaga kemurnian Al-Quran. Namun, dari segi tafsirnya akan berkembang berdasarkan wawasan penafsirnya terhadap fenomena-fenomena yang mungkin disebutkan di dalam Al-Quran. Sains mempelajari fenomena alam untuk menjawab kepentingan dan keingintahuan manusia. Kebenaran sains terus berubah berdasarkan temuan-temuan yang terus bertambah dan berkembang,” terang Prof. Thomas.

“Tafsir sains juga berubah-ubah tergantung siapa yang menuliskannya. Seperti peristiwa Bigbang akan banyak versi, tergantung siapa yang menuliskannya,” lanjut Kepala Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional.

“Seperti pemaknaan 7 langit ‘Sab’a samawaat’ tafsir Al-Quran dalam memahami ayat tersebut terus berkembang, juga tafsir sainsnya pun berkembang. Tafsir keduanya akan berkembang, tapi Al-Quranya tidak akan berubah,” lanjutnya.

Baca Juga  Ikut Aksi Bela Islam 212, Warga Tangsel Akan Long March dari UIN ke Monas

“Konsep tujuh langit dalam QS. 67:3 terdapat dua pokok besar bahasan yaitu struktur alam semesta dan evolusi alam. Berdasarkan pengamatan benda langit, dari dulu sudah dikenal sebagai benda-benda langit, namun ada juga yang menyebut dewa-dewa. Tujuh disini tidak menunjukkan nilai eksak, tujuh dalam Al-Qur’an mengandung nilai yang sebanyak-banyaknya,” lanjut Prof. Thomas yang telah menulis 6 buku populer terkait sains dan aplikasinya.

“Begitu pula konsep enam masa penciptaan kehidupan alam semesta yang ada dalam QS. An-Naziat : 27-31. Enam masa tersebut yaitu penciptaan alam semesta yang dulunya merupakan satu kesatuan kemudian mengembang secara tiba-tiba dan terus mengalami perkembangan sampai saat ini sudah sekitar 13,7 milyar tahun,” katanya.

“Allah meninggikan/meluaskan alam semesta, adanya pembentukan tata Surya, evolusi bumi (bumi di hamparkan), pengiriman air dari komet ke bumi yang menjadikan tumbuhnya tumbuh-tumbuhan, mengalami proses geologis serta lahirnya manusia dan hewan (terdapat pada QS 79 : 32-33),” lanjutnya.

Narasumbernya selanjutnya Prof. Dr. Ahmad Thib Raya yang menyampaikan perlunya memahami agama dan sains. “Al-Quran memerintahkan untuk berfikir. Untuk memahami sesuatu, dibutuhkan proses berfikir agar menghasilkan sesuatu konsep. Proses ini hanya dapat dilakukan oleh manusia. Agama Islam yang diturunkan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat” terangnya.

Beliau melanjutkan bahwa dasar agama bersumber dari wahyu (Al-Quran dan hadis) dan dikembangan melalui ijtihad para ulama. “Sains hasil pemikiran manusia yang bersumber dari realita alam yang melingkupi kehidupan manusia dan dimanfaatkan untuk kepentingan manusia,” ungkap guru besar UIN Syarif Hidayatullah ini.

Beliau melanjutkan, bahwa tentang hubungan erat antara agama dan sains. “Agama tidak hanya sebagai Wahyu, tetapi juga sebagai kebutuhan dan kewajiban manusia, ajaran agama bersumber dari Al-Qur’an dan hadits, yang penafsirannya berkembang dengan ilmu sains. Ajaran agama yang belum dinyatakan secara tekstual di dalam kedua sumber tersebut melahirkan ilmu fiqih dan usul fiqih (hasil ijtihad ulama atau dalam sains disebut dengan produk pemikiran manusia perlu dikaji untuk dimanfaatkan umat manusia),” ungkap Prof. Thib Raya.

“Pada hakikatnya manusia mempunyai dua unsur yang aktif, dinamis dan fungsional yaitu jasmani dan rohani. Walaupun binatang mempunyai unsur yang sama, tapi tidak dinamis, aktif dan fungsional seperti manusia. Unsur jasmani manusia mempunyai organ tubuh diluar dan di dalam. Sedangkan unsur rohani terdiri dari ruh, nafsu, akal dan hati. Semua unsur yang diberikan agar seoptimal mungkin digunakan dalam kehidupan sesuai tuntunan pemberi-Nya,” lanjut Prof. Thib Raya.

“Agama mengharuskan manusia untuk mencari ilmu (sains) sepanjang hidup. Ini berarti agama membutuhkan ilmu dan salah satu bahagian yang penting bagi agama. Serangkaian ayat Al-Quran dan ayat yang pertama kali turun menggambarkan korelasi dan koneksi antara perintah mencari ilmu dan agama,” tutup Prof. Ahmad Thib Raya.

Kontributor : Deni Darmawan dan Lala Latifatul Amaliyah