TangselMedia.com – Mencari bentuk budaya yang dimiliki oleh Tangerang Selatan memang tidaklah mudah. Selain sebagai kota baru, Tangerang Selatan juga memiliki kultur atau budaya yang sama dengan budaya daerah sekitar Tangsel seperti Suku Betawi dari Jakarta, Suku Sunda, maupun Suku Tionghoa.
Letak geografis Tangerang Selatan yang sangat dekat dengan Jakarta juga menjadikan daerah ini sering membuat orang kecele. Orang yang baru datang ke Tangerang Selatan seringkali mengatakan bahwa Tangerang Selatan merupakan bagian dari Jakarta, itu karena suasana kotanya dan keramaiannya serta budayanya sangat mirip sekali dengan Jakarta.
Salah satunya adalah Tradisi Palang Pintu, sebuah tradisi unik khas Betawi yang berisi serangkaian acara seperti berbalas pantun serta pencak silat yang diiringi dengan musik pencak.
Gonggo bukan kelabang,
Kelabang jatuh di peti,
Jangan sok jago abang,
Maju selangkah aye bikin mati.
Itulah beberapa contoh kalimat-kalimat pantun yang di sering terdengar di antara dua pesilat Palang Pintu. Biasanya dua orang pendekar akan menunjukkan kebolehannya bermain pencak silat dalam atraksi Budaya Palang Pintu ini. Sebelum melakukan atraksi pencak silat tersebut, mereka akan saling melempar pantun-pantun jenaka. Contohnya seperti, “makan sekuteng di pasar jum’at, makanannya dicampur roti, saya datang dengan segala hormat, agar abang terima dengan senang hati”. Kemudian pantun tersebut akan dibalas oleh si pendekar penerima tamu.
Musik
Setiap atraksi Palang Pintu diiringi alunan musik yang dikenal dengan sebutan Gendang Pencak. Gendang Pencak terdiri atas beberapa alat musik di antaranya adalah dua set Gendang, Kempul, Kemong dan Kecrek.
Sejarah Budaya Palang Pintu
Terlihat dari namanya, Palang Pintu memiliki arti menghalangi jalan masuk. Dan sebenarnya, Tradisi Palang Pintu ini adalah seni budaya yang sering digunakan pada acara pernikahan untuk menyambut kedatangan calon menantu, atau untuk menerima tamu kehormatan. Budaya ini juga berfungsi sebagai hiburan, karena Palang Pintu memang berisi pantun-pantun jenaka dan gerakan-gerakan silat khas betawi yang sangat menghibur. Ketika atraksi ini dilangsungkan jagoan atau pengawal dari mempelai laki-laki akan memenangi pertarungan. Begitulah aturannya.
Dewasa ini kebudayaan seperti ini semakin ditinggalkan oleh suku betawi itu sendiri, karena modernitas dan kesibukan-kesibukan. Patutlah kita berbangga hati dan berterimakasih, karena masih ada orang-orang yang peduli dan mau melestarikan kebudayaan ini.
Salah seorang penggiat pencak silat Palang Pintu mengatakan bahwa budaya Palang Pintu merupakan salah satu budaya yang paling tepat jika dikatakan sebagai seni tradisional daerah Tangerang Selatan. Konon masih ada sekitar 1.000 penggiat seni Palang Pintu. Serta masih terdapat beberapa sanggar atau perguruan pencak silat yang tetap mempertahankan budaya ini.
Para penggiat seni Palang Pintu memiliki harapan kepada PEMKOT adanya sebuah tempat yang dapat digunakan untuk menampung berbagai seni budaya agar budaya-budaya tersebut tidak hilang dan ditinggalkan oleh masyarakatnya. Dengan adanya sebuah tempat yang digunakan sebagai pusat atau sentral kegiatan-kegiatan Budaya. Dengan begitu, tempat-tempat tersebut mampi menampung dan melestarikan budaya peninggalan nenek moyang, termasuk juga seni pencak silat Palang Pintu.
Hingga saat ini harapan tersebut masih terus terjaga di hati para penggiat seni budaya Palang Pintu.