Geliat Film Dakwah di Indonesia

Nasional, Opini1715 Views

TangselMedia.com – Jaringan bioskop di Indonesia khususnya XXI Cinema kini mulai memutar film-film bernuansa dakwah. Salah satu yang sedang menjadi hot topic di sosial media menurut pantauan kami adalah film berjudul: “Ketika Mas Gagah Pergi” (KMGP)

Setelah sebelumnya, “Bulan Terbelah di Langit Amerika” dan “Taushiyah Cinta” lebih dulu menghiasi layar lebar di Indonesia, kini KMGP turut meramaikan semarak film bertemakan dakwah Islam di awal Tahun 2016 ini.

Film yang diangkat dari novel best seller, dengan penulis Helvy Tiana Rosa yang pertama kali diterbitkan pada Tahun 1997 ini, cukup sukses di pasar dengan strategi penayangan nobar “pre-sale” (sebelum tayang di Bioskop komersial) di beberapa kota, dengan target 100.000 tiket terjual.

Dalam pembuatan film ini, Helvy juga terlibat langsung sebagai produser. Helvy menggandeng rumah produksi IndoBroadcast Production dan ACT dalam menggarap film ini. Film ini tidak hanya bernuasa dakwah tapi juga sosial.

“satu milyar dari keuntungan film ini akan disumbangkan untuk pembangunan sarana pendidikan di wilayah-wilayah tertinggal di Indonesia timur dan mendirikan fasilitas dan sarana pendidikan untu kanak-anak Palestina.” JelasHelvy.

Baca Juga  Cegah Fatalitas, Polri Wajibkan Personel Pengamanan Pilkada Serentak 2024 Dites Kesehatan

Untuk warga Tangerang Selatan dan sekitarnya, yang ingin menonton film ini, lokasi yang mudah dijangkau adalah di: LotteBintaro XXI, AEON Mall XXI BSD, dan Alam Sutra XXI.

Menurut penilaian kami, kelebihan dan kekurangan film yang diangkat dari sebuah novel legendaris dengan cetak ulang diatas 1juta copy ini adalah, reaksi penonton yang beragam. Mereka tidak bisa menghindari untuk tidak membandingkan antara apa yang tertulis di novel dengan visualisasi yang ada di film tersebut.

Satu yang menjadi catatan kami adalah, film KMGP kurang baik memuaskan sebagian para penontonnya diakrenakan dalam membuat film ini menjadi 2 bagian, tanpa ada informasi, baik di judul, sinopsis, poster ataupun alat publikasilainnya. Sehingga, mereka yang menonton dengan harapan bisa melihat akhir cerita seperti di novelnya, menjadi kecewa.

Oleh: Dado B Syafiie

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *