TangselMedia – Network for South East Asian Studies (NSEAS) menyebut tingkat pengangguran terbesar di Indonesia adalah di Provinsi DKI Jakarta dan Banten. Khusus Jakarta, publik selama ini mungkin tidak tahu bahwa ibukota yang dibanggakan adalah provinsi dengan tingkat pengangguran terbesar.
“Tingkat pengangguran terbesar di Indonesia adalah di DKI Jakarta dan Banten,” kata Muchtar Effendi Harahap, Ketua Dewan Pendiri NSEAS melalui keterangan tertulisnya pada TangselMedia, Ahad 12 Februari 2017.
Menurut Muchtar, meskipun Pemprov DKI Jakarta Tahun 2013-2017 berhasil menurunkan tingkat pengangguran terbuka, namun dibandingkan dengan rata-rata pengangguran terbuka tingkat nasional, masih berada di atas, bukan di bawah.
Ia mengatakan, bahwa pada Tahun 2013 tingkat penggangguran terbuka mencapai 9,02 %, sementara rata-rata pengangguran terbuka tingkat nasional 7,4 %. Pada Tahun 2014, tingkat penggangguran terbuka mencapai 8,47 %, sementara rata-rata pengangguran terbuka tingkat nasional 7,2 %. Sedangkan pada Tahun 2015, tingkat pengangguran terbuka menurun 8,36 %, sementara rata-rata pengangguran terbuka tingkat nasional 7,8 %.
Salah satu faktor meningkatnya jumlah pengangguran di Jakarta, menurutnya akibat dari penggusuran paksa.
“Ironisnya, Pemprov DKI Jakarta di bawah Gubernur Ahok, justru menggusur paksa rakyat miskin dan pedagang kaki lima, hal ini menambah jumlah rakyat nganggur,” katanya.
Sedangkan dari sisi kemiskinan, menurut Muchtar keadaan semakin memburuk dari tahun ke tahun. Jumlah rakyat miskin di DKI Jakarta terus menunjukkan peningkatan.
Indeks Kedalaman Kemiskinan meningkat tajam antara Tahun 2014 ke 2015 dari 0,39 ke 0,52. Indeks Keparahan Kemiskinan DKI meningkat dari 0,7 pada 2014 menjadi 0,10 pada Tahun 2015. Jika dibandingkan dengan Maret 2014 Indeks Kedalaman Kemiskinan maupun Indeks Keparahan kemiskinan DKI mengalami peningkatan. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik sebesar 0,130 poin, dari 0,387 pada Maret 2014, menjadi 0,517 pada Maret 2015. Begitu juga dengan Indeks Keparahan Kemiskinan, naik sebesar 0,035 poin, yaitu dari 0,069 pada Maret 2014, menjadi 0,104 pada September 2015.
“Jumlah rakyat miskin di Jakarta tahun 2012 sebanyak 363.200 orang, Tahun 2015 menjadi 398,920 orang atau meningkat 9,83 persen. Pada Maret 2014, jumlah rakyat miskin 393,98 ribu orang, sedangkan pada Maret 2015 (398,92 ribu orang) meningkat 4,94 ribu,” pungkasnya. (HJD)