Edible Packaging (Kemasan Edibel)

EDIBLE PACKAGING (KEMASAN EDIBLE)

Oleh : Estiningsih Trihandayani*

 

Kesadaran manusia tentang penggunaan bahan plastik sebagai kemasan makanan yang ternyata dapat mengkontaminasi bahan yang dikemasmelalui transmisi monomernya mulai tumbuh,adapun kelemahan lain dari plastik akan berdampak pada pencemaran tanah dan kerusakan lnigkungan hidup. Sifat plastik yang non biodegradable (tidak dapat dihancurkan secara alami) sampah bekas pakai akan menumpuk dan tidak akan hancur meskipun ditimbun selama puluhan tahun.
Minzel (1992) telah dikembangkan jenis kemasan dari bahan yang renewable atau terbarukan dan ramah terhadap lingkunganyaitu edible packaging (kemasan edibel)
Adapun keuntungan menggunakan edibel packaging adalah : Produk pangan terlindungi, produk asli pangan terlihat, dapat langsung dimakan, aman bagi lingkungan

A. PENGERTIAN
Pengemasan atau pengepakan adalah pembungkus yang mencegah terjadinya kerusakan pada bahan yang dibungkus
1. Jenis kemasan : kemasan yang tersedia di alam contoh : kulit telur, kulit buah-buahan, tempurung kelapa, kelobot jagung dll
a. Kemasan tradisional, contoh : Daun pisang, daun jati, pelepah, papan kayu, karung goni, koran bekas dll
b. Kemasan Modern, contoh : plastik, logam, gelas, fiber, kertas dll
2. Syarat kemasan:
a. Harus dapat melindungi produk dari kerusakan fisiknya, perubahan kadar airnya, perubahan warnanya
b. Mudah dibuka dan ditutup kembali, mudah dalam pengangkutan dan pendistribusian serta penyimpanan
c. Ukuran dan bentuk harus ekonomis dan efisien
d. Tidak menyebabkan pencemaran
e. Sebagai identitas dari produk yang dikemas
3. Peranan dan fungsi kemasan :
a. Trade mark sebagai identitas produk
b. Melindungi dan mengawetkan produk
c. Sarana informasi promosi/iklan
d. Upaya perlindungan dari konsumen
e. Petunjuk cara penggunaan produk yang ada dalam kemasan

B. KLASIFIKASI KEMASAN

1. Bedasarkan ritme pemakaian
a. Disposible, yaitu kemasan yang sekali pakai
Contoh : Bungkus permen, botol moinuman ringan
b. Multitrip : yaitu kemasan yang digunakan secara berulang-ulang
Contoh : Botol kecap, galon air
c. Semi Disposible, yaitu kemasan yang tidak dibuang langsung tetapi dimanfaatkan oleh konsumen untuk kebutuhan yang lain.

2. Berdasarkan proteksi terhadap lingkungan
a. Kemasan kedap cahaya, yaitu kemasan yang tidak transparan
Contoh : Aluminium foil, kertas, logam
b. Kemasan yang tahan temperatur tinggi
Contoh : Kemasan dari bahan gelas atau logam untuk proses makanan yang butuh kemasan, sterilisasi, pasteurisasi
c. Kemasan tahan uap dan gas
Disebut juga kemasan hermetis, tidak dapat dilalui oleh uap air ataupun gas

3. Berdasarkan Tngkat Pemakaian
a. Kemasan siap pakai Adalah bahan yang telah sempurna bentuknya, siap untuk diisi produk Contoh : kemasan dari kaleng, botol dan lainnya
b. Kemasan lipatan, Adalah wadah yang harus dirakit, sebelum diisi produk Contoh : Karton box makan, box snack dll

Sejalan dengan kesadaran manusia tentang kelemahan dan bahayanya bahan plastik yang selama ini telah mendominasi berbagai fungsi penggunaan mulai dari fungsi pembungkus yang mampu menggantikan fungsi daun dan kertas sampai dengan fungsi logam pada pembuatan peralatan rumah tangga, maka untuk meningkatkan penanganan kemasan pada makanan telah dibuat jenis kemasan bahan-bahan terbarukan (renewable) yang lebih bersifat ramah terhadap lingkungan dan ekonomis yaitu Edible packaging
Ada dua macam Edible packing yaitu Edible Coating fungsi sebagai pelapis dan Edible film membentuk lembaran penggunaan dari Edible Coating sebagai pelapis daging beku, ayam beku, makanan semi basah, buah-buahan, pelapis kapsul obat, sosis, sedangkan Edible film berfungsi sebagai penghambat transfer massa (zat terlarut, lemak, oksigen, kelembaban) ataupun untuk meningkatkan pengamanan pada makanan.

Edible film disebut sebagai polimer yaitu polimer dengan bahan baku dari hasil pertanian untuk membuat film kemasan tanpa dicampur dengan plastik (polimer sintetis).

Komponen polimer hasil pertanian secara murni diperoleh dalam bentuk tepung, pati atau isolat yaitu polipeptida (protein), polisakarida (karbohidrat) dan lipida yang seluruhnya memiliki sifat termoplastik dan berpotensi untuk mencetak sebagai film kemasan
Kelebihan polimer hasil pertanian adalah bahannya dari sumber yang Renewable (terbarukan) sehingga bahan tersebut bersifat biodegradable (dapat hancur secara alami) mampu menciptakan kondisi atmosfer internal yang menyesuaikan dengan kebutuhan produk yang dikemas sebagai contoh pada kemasan sayuran segar, sosis, buah-buahan, Edible film berfungsi sebagai penahan difusi gas oksigen, gas karbon, dioksida, uap air dan komponen flavor yang menyebabkan lebih panjangnya umur penyimpanan produk.

C. PEMBUATAN EDILE FILM
Ada tiga kelompok bahan baku utama pada pembuatan Edible film yang masing-masing menggunakannya akan mempengaruhi secara langsung karakteristik pengemas yang dihasilkan yaitu hidrokoloid, lipida dan komposit
1. Hidrokoloid
Pada pembuatan Edible film dibutuhkan hidrokoloid berupa protein atau polisakarida yang berasal dari jagung kedelai wheat gluten kasein collagen gelatin cornzein protein ikan ataupun protein susu
Polisakarida yang dibutuhkan adalah sellulosa dan turunannya Pati dan turunannya pektin ekstrak ganggang laut (agar-agar rumput laut) alginat karagenan Gum (Gum Arab dan Gom karaya) kitisan Polimer polisakarida yang mendapat perhatian pada penelitian saat ini adalah Pati gandum (Wheat) jagung (Corn Sratch) dan kentang
2. Lemak
Lemak yang dibutuhkan pada pembuatan Edible film adalah lilin alami (Berswax Carnauba Wax) asil gliserol, asam lemak (asam oleat dan asam laurat) serta emulsifier
3. Komposit
Merupakan campuran dari Hidrokoloid san Lipida
4. Plastisifer
Sebagai bahan dengan jumlah di dalam komposisi yang cukup banyak pada pembuatan Edible film karena bahan tersebut akan berfungsi sebagai : Peningkatan fleksibilitas dan Ekstensibilitas, untuk mencegah terjadinya retak-retak pada film akan meningkatkan permeabilitas terhadap gas, uap air dan zat-zat yang terlarut untuk menambah elektabilitas film, serta untuk mengurangi sifat kaku pada polimer
Proses plastisisasi polimer dengan penambahan plastisizer dengan mekanisme sebagai berikut : (1) Absorbsi dan pembahasan, (2) Penetrasi permukaan , (3) Difusi atau absorpsi, (4) Pemutusan pada bagian Amorf, (5) Pemotongan struktur
Adapun jenis plastik yang biasa digunakan pada pembuatan Edible film yaitu : lilin lebah, polivinil alkohol sorbitol

Baca Juga  Kebakaran Pasar Sederhana di Kota Bandung, 5 Pemadam Kebakaran Diturunkan

Masih ada jenis-jenis plastik dapat dipakai pada pembuatan Edible film antara lain :
a. Asal Laktat
Asam laktat larut di dalam air alkohol dan eter tidak larut di dalam kloroform Petroleumeter dan karbon disulfid memiliki berat molekul 90 secara teknis dapat diperoleh dari fermentasi dengan bahan baku karbohidrat (glukosa, sukrosa, laktosa) dengan bantuan atau lactobacillus acidilacti atau lactobacillus deibruecti.
L. Bulgaricus secara komersial asam laktat diproduksi melalui fermentasi Whey, Pati jagung, kentang dan molase, asam laktat juga digunakan sebagai larutan untuk pewarna yang tidak laut dengan air, dipakai pada industri keju, industri pangan dan industri obat-obatan
b. Asam Oktanoat
Berupa cairan berminyak larut di dalam alkohol, kloroform, eter, karbon disulfida, Petroleum eter, asam asetat glasial, sedikit larut di dalam air digunakan sebagai bahan intermediate pembuatan ester yang dipakai pada industri parfum, Asam oktanoat memberikan rasa dan aroma tengik
c. Asam Laurat
Adalah asam lemak yang jenuh memiliki atom C berjumlah 12 memiliki berat molekul 200 berwarna putih, berwujud kristal berbau khas lemak sangat tidak larut di dalam air.
Asam laurat berasal dari susu, minyak kelapa atau minyak kelapa sawit, Titik didihnya 44,2oC
d. PEG (Poli Etelin Glikol)
Merupakan cairan kental, bersifat sedikit higroskopis berbau khas dengan berat molekul ± 400 (antara 380 – 420).
PEG gunakan pada industri pengemasan makanan dan juga pada industri pangan
e. TEG ( Tri Etelin Glikol )
Adalah larutan yang tidak berwarna (bening) dan tidak berbau dibuat melalui pembentukan Ester-ester dari etilenoksid dan etilen glikol dengan penambahan asamsulfonat atau dilakukan proses hidrogenasi.
TEG bersifat dapat bercampur air, alkohol, benzena, toluen tetapi tidak larut dalam Petroleum eter. TEG digunakan pada industri plastik untuk menambah dan meningkatkan sifat lentur (Pliability)

D. PROSES PEMBUATAN EDIBLE-FILM
Proses pembuatannya dimulai dengan melarutkan bahan baku berupa hidrokoloid, lipid, komposit lalu pembuatan plastisizer.
Langkah selanjutnya adalah pemanasan dengan suhu 55oC – 70oC selama 15 menit. Berikutnya adalah dilakukan proses casting (pencetakan) dengan cara menuangkan adonan tersebut di atas permukaan lembaran polietilen yang licin atau menggunakan Auto-Casting Machine, didiamkan pada suhu 35oC selama beberapa jam.
Film yang dihasilkan dikeringkan selama 12 – 18 jam dengan suhu ±30oC dilanjutkan dengan proses conditioning selama 24 jam

E. PROSES PEMBUATAN EDIBLE COATING
Edible Coating adalah bahan pelapis makanan yang dapat dimakan.
Bahan-bahan yang dibutuhkan pada pembuatan Edible Coating sama degan bahan baku pada pembuatan Edible film tanpa penambahan platisizer sehingga pelapis Edible Coating tidak berbentuk film.
Adapun cara pelapisan Edible Coating melalui metode pencelupan, penyemprotan atau pencelupan, (1) Dengan Metode Pencelupan, Dilakukan dengan cara mencelupkan bahan makanannya kedalam Edible coating, (2)Dengan Metode Penyemprotan, Edible Coating disemprotkan pada bahan pangan di setiap sisinya sehingga diperoleh ketebalan yang lebih seragam bila dibanding dengan cara pencelupan, Dengan Metode Penuangan

Teknik ini akan menghasilkan permukaan yang datar tetapi harus diperhitungkan ketebalannya metode ini dikerjakan dengan menuang Edible Coating di atas bahan yang akan dilapisi. Contoh pembuatan Edible Coating dapat dilihat pada gambar C1 (diagram alir pembuatan Edible Coating dari isolasi protein kedelai) sebagai berikut :

Gambar C1 : PEMBUATAN EDIBLE COATING DENGAN BAHAN DASAR ISOLAT PROTEINKEDELAI

Undang-undang atau ketentuan yang menetapkan standarisasi kemasan produk pangan dan non pangan yang sifatnya up to date (berkembang) sesuai perkembangan teknologi sebaiknya segera ditetapkan di Indonesia.
Edible Packaging sebagai kemasan untuk produk pangan dapat digunakan agar memenuhi standar Food and Agricultural Organization (FAO) dan Word Healtd Organization (WHO) yang menaungi standar bahan pangan.***

*Penulis adalah Dosen Teknik Industri Universitas Pamulang