Belajar Sejarah Ciputat, Warga Tangsel Wajib Baca Ini

TangselMedia – Bagi warga Tangerang Selatan (Tangsel) yang tinggal di wilayah Ciputat khususnya dan Tangsel umumnya, wajib tahu info penting tentang sejarah asal muasal nama Ciputat, salah satu wilayah di Tangsel yang berpenduduk padat.

Sebagaimana yang TangselMedia kutip dari twitter @Info_Ciputat, Senin 20 Maret 2017 yang membahas lengkap sejarah Ciputat, dari jaman penjajah, tempo dulu, hingga kekinian.

Nama: Ciputat, berasal dari bahasa sunda yang terdiri dari dua kosakata yaitu Ci dan Putat, ci atau cai artinya air, putat itu nama pohon. Pohon putat yang banyak tumbuh di kawasan Ciputat tempo dulu, yang sering dikonsumsi sebagai lalapan oleh masyarakat pada waktu itu.

Kegiatan arak-arakan ondel-ondel, dikawal para jawara silat di Jalan W R Supratman, Gang Jambu, Ciputat, Tangsel, adalah salah satu tradisi warga betawi dalam memeriahkan acara sunatan. (sumber foto: TangselMedia)

Dalam sejarahnya, penduduk kawasan Ciputat terdiri dari berbagai etnis yaitu Sunda, Betawi, Arab dan Tiong Hoa (China). Pada masa kolonial Belanda, etnis China adalah penguasa secara ekonomi kawasan Ciputat. Namun, saat Indonesia merdeka, peran etnis China terus berkurang digantikan oleh etnis Arab & Betawi yang menguasai lahan-lahan di kawasan penyangga ibu kota tersebut.

Tuan Salim (seorang keturunan Arab) menjadi tuan tanah pada waktu itu, yang kemudian menyumbangkan sebagian tanahnya untuk dibangun musholla, yang kemudian berkembang menjadi Masjid Agung Al-jihad, yang letaknya berseberangan dengan pasar Ciputat. Masjid tersebut, kini menjadi tempat aktifitas utama kegiatan keagamaan di wilayah Ciputat dan sekitarnya.

Pada masa penjajahan Belanda, wilayah Ciputat sangat luas, mencakup Rempoa, Pamulang, Cirendeu, Pondok Cabe, dan hampir ke Lebak Bulus. Pada masa itu, kawasan Ciputat menjadi sumber utama penghasilan Belanda untuk memperoleh rempah-rempah dan hasil bumi lainnya.

Baca Juga  Serikat Mahasiswa: Marak Pungli Pengurusan Sertifikat Tanah, Pemkot Tangsel Membiarkan

Waktu itu, kawasan Ciputat masih disebut hutan belantara, dan kotanya adalah Lebak Bulus. Di Lebak Bulus inilah sering menjadi area atau medan untuk pertempuran antara pejuang kemerdekaan dengan penjajah Belanda saat itu.

Ciputat, dari letak geografisnya, saat ini berada diantara 3 provinsi, yaitu Banten, Jawa Barat (Jabar) dan DKI Jakarta. Dari letak itu, Ciputat itu bisa dikatakan sebagai tanah tidak bertuan, tidak diakui DKI Jakarta, tidak diakui Jabar dan Banten. Makanya wajar, pembangunan di kawasan tersebut kelihatannya sangat lamban dan seperti tidak terurus.

Ciputat itu pernah masuk wilayah Jakarta dan pernah masuk pula ke Jabar. Sekarang menjadi salah satu kecamatan di Banten, Kotamadya Tangerang Selatan. Orang-orang Ciputat sendiri paling senang disebut orang Jakarta, setelah Banten pecah dari Jabar, dipastikan Ciputat menjadi milik provinsi Banten. Dahulu, Ciputat masuk wilayah Kabupaten Tangerang.

Ciputat menjadi bagian dari Tangsel, pada 29 Oktober 2008, melalui sidang paripurna pembentukan Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten di DPR, dengan pengesahan Undang-Undang No. 51 Tahun 2008. Sejak itulah, orang Ciputat sekarang, menjadi orang Banten.

Penduduk Ciputat, saat ini berjumlah sekitar 30.000 orang. Mayoritas orang betawi asli. Mayoritas penduduk Ciputat beragama Islam dan bahasanya betawi. Tapi sekarang sudah campuran, karena banyak orang daerah yang tinggal di Ciputat.

Ciputat pernah terkenal sampai mancanegara, saat Situ Gintung jebol. Ciputat juga terkenal karena adanya kampus UIN Syarif Hidayatullah, kebanyakan orang tahunya Ciputat itu masuk wilayah ibukota. (HJD/DBS)