DAHSYATNYA BERSEDEKAH DIMASA PANDEMIC COVID19
Oleh: Abdul Choliq, S.T., M.T.*
Pandemi Covid-19 masih menjadi persoalan serius di berbagai negara, tidak terkecuali di negera kita Indonesia. Dampak dari munculnya pandemi yang paling terasa adalah dalam sektor ekonomi, ditengarai dengan turunnya pendapatan dan daya beli masyarakat, bahkan ada yang telah kehilangan pekerjaan dan tidak ada penghasilan. Kalau sebagian orang memilih menahan uangnya dalam hal berinvestasi, itu bisa dikatakan sebagai strategi mengelola keuangan. Namun jika permasalahannya sudah sampai pada hal pemenuhan kebutuhan pokok seperti makan, minum, dan tempat tinggal, tentu itu menjadi persoalan yang serius, dan bukan lagi soal mengelola keuangan agar berkembang, karena memang sudah tidak ada lagi yang dapat dikelola.
Kondisi di mana banyak orang dalam kesulitan seperti saat ini, sebenarnya membuka peluang pahala bagi orang yang berkemampuan dengan cara berbagi kepada mereka yang memerlukan. Berbagi dapat dimulai dari lingkup terkecil, dari keluarga, famili, dan orang-orang dekat yang ada di lingkungan masing-masing yang memerlukan. Bisa langsung diserahkan langsung, atau dititipkan melalui badan atau lembaga tertentu untuk disalurkan kepada orang-orang yang kita tidak mengenalnya namun mereka dalam kondisi yang memerlukan.
Dalam satu hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Attirmidzi, diceritakan bahwa pada awal mula bumi diciptakan oleh Allah, bumi senantiasa bergerak dan tidak stabil. Maka Allah menciptakan gunung-gunung dan diletakkan di permukaan bumi sehingga bumi menjadi tenang dan stabil. Melihat fenomena itu, Malaikat Jibril merasa heran dan bertanya kepada Allah. “Apakah ada makhluk di bumi yang lebih kuat daripada gunung”? Allah menjawab, “Ada, yaitu besi”. Kemudian Malaikat Jibril bertanya, “Adakah yang lebih kuat daripada besi”? Allah menjawab,” Ya ada, yaitu api”. Kemudian Malaikat Jibril bertanya, “Adakah yang lebih kuat daripada api”? Allah menjawab,” Ya ada, yaitu air”. Malaikat Jibril kembali bertanya,” Apakah ada yang lebih kuat daripada air?” Allah menjawab,” Ya, ada yaitu angin”. Untuk kesekian kalinya Malaikat Jibril bertanya,” Adakah yang lebih kuat daripada angin?” Allah menjawab, “Ada, yaitu orang yang bersedekah dengan tangan kanannya dan tangan kirinya tidak melihat”.
Apa yang disabdakan Rosulullah, SAW tersebut semua haq, meskipun ada bagian yang kita tidak menyaksikannya fenomenanya secara langsung, yaitu guncangnya bumi di awal kejadian dan tenangnya bumi setelah gunung-gunung diletakkan di atasnya. Namun kita dapat menyaksikan sebagian isi hadits tersebut, bahwa bukit-bukit, gunung-gunung dapat ditundukan oleh manusia dengan peralatan-peralatan yang terbuat dari besi, apakah itu alat pertanian, pertambangan, sampai alat berat untuk mengubah kawasan bukit dan gunung menjadi kawasan industri dan perumahan. Dan memang besi diciptakan Allah memiliki kekuatan, manfaat sekaligus bahaya bagi manusia. Seperti firman Allah “Dan kami telah menurunkan besi, di dalamnya ada kekuatan/bahaya yang sangat dan manfaat bagi manusia…”. (QS. Alhadid; 11). Dan kita juga mengetahui dalam ilmu metalurgi semua peralatan yang terbuat dari besi/baja dari yang paling sederhana hingga paling rumit dibuat melalui proses treatment melalui pemanasan dengan api serta pendinginan dengan menggunakan air, minyak atau bisa juga dengan udara untuk membentuk sifat-sifat besi yang dikehendaki.
Namun betapapun kokohnya gunung, kerasnya besi, panasnya api, kuatnya air dan juga angin masih kalah dahsyat dengan keutamaan bersedekah dengan cara yang disamarkan. Sedekah yang jauh dari pamer penglihatan (riya) ataupun pamer pendengaran (sum’ah), atau sedekah namun ada niat tertentu yang disembunyikan (syahwatan khofiyyah), namun sedekah yang dimaksud Rosulullh SAW adalah sodakoh yang betu-betul untuk mencari ridlo Allah semata. Saat paling utama bersedekah adalah pada saat badan masih dalam kondisi sehat, muda dan dan kaya, yang pada saat itu umumnya orang lebih cenderung untuk menggapai kesenangan-kesenangan pribadi, mewujudkan rencana-rencana yang telah lama diangan-angankan, atau sekedar pemenuhan hobby yang kadang memerlukan biaya yang tidak murah. Sedekah jangan menunggu seseorang telah tua, lemah dan justru tidak memerlukan lagi. Lagipula sedekah tidak harus dengan sesuatu yang besar nilainya, namun dengan sedikitpun akan tetap dicatat sebagai pahala.
Banyak keutamaan dari orang melakukan sedekah selain pahala besar di sisi Allah, seperti melancarkan rizki, menjauhkan bencana dan memanjangkan umur. Dengan berbagi, setidaknya seseorang telah berusaha menghindarkan dirinya dari golongan orang yang mendustakan agama, yang salah satu cirinya adalah tidak mengajak untuk memberikan makan pada orang miskin. (lihat QS. Al Ma’un; 3), atau ia telah berusaha menghindarkan diri dari celaan Allah terhadap umumnya manusia yang angkuh ketika dalam keadaan kaya serta mulia dan merasa hina pada saat rizqkinya sedang seret, padahal di saat kaya mereka tidak mau memulyakan anak yatim dan tidak mengajak memberi makan orang miskin, namun justru memakan harta yang bukan miliknya dengan rakus, serta senang terhadap harta dengan senang yang berlebihan. (lihat QS. Al Fajr; 15-20). Manfaat lain dari bersedah tentu akan meringankan beban sebagian mereka yang sedang dalam kesusahan selama dan pasca pandemi.
Peluang pahala dengan cara berbagiakan terus ada, tidak terbatas selama masa pandemi saja. Berbagi adalah salah satu tabiat orang iman, bukan sesuatu untuk dipamerkan atau dipublikaskan agar dikenal sebagai seorang dermawan. Sekecil apapun nilai berbagi, asalkan murni diniati untuk Allah, maka akan menjadi pahala dan berkah. Sebesar apapun nilai berbagi apabila tidak murni untuk mencari ridlo Allah maka tidak akan menjadi pahala dan berkah. Semoga pandemi covid-19 segera berlalu dan menjadi pembelajaran bagi kita semua untuk lebih meningkatkan rasa syukur kepada Allah, meningkatkan kesabaran, tawakal, berdoa, mengokohkan kerukunan yang dapat diimplementasikan dengan cara berbagi dengan sesama. Aamiiiin.
*Penulis adalah Dosen Teknik Mesin Universitas Pamulang