SOLUSI TERHINDAR DEPRESI DI MASA REMAJA
Penulis : Rafiqah Zahra*
Pada masa remaja dapat menjadi waktu yang sulit karena, banyaknya perubahan fisik dan sosial dan juga paparan terhadap kekerasan dan pelecehan dapat membuat usia remaja menjadi masa yang sulit dan rentan mengalami masalah kesehatan mental. Masalah pada kesehatan mental yang paling besar terjadi adalah kecemasan dan depresi. Bahkan World Health Organization (WHO) menyatakan 75% gangguan mental emosional umum terjadi pada anak muda sebelum mereka memasuki usia 24 tahun. Salah satu faktor pemicu gangguan kesehatan mental remaja adalah informasi yang pesat di media masa dan media lainnya yang datang begitu cepat dan tidak terkendali, termasuk media sosial yang mudah diraih dengan remaja masa kini. Ada sebagaian remaja yang tidak kuat dengan informasi yang terlalu terbuka dan merasa tidak mampu mengikuti perkembangan lingkungan saat ini, ketidaksiapan tersebut yang akan menjadi faktor internal pada gangguan mental remaja.
Masalah kesehatan mental lainnya yang rentan terhadap remaja seperti gangguan kecemasan, gangguan makan, gangguan bipolar dan yang paling sering ditemui yaitu, depresi. Depresi remaja adalah kelainan pada kesehatan mental yang menyebabkan perasaan sedih dan kehilangan minat dalam aktivitas pada usia remaja. Kondisi ini dapat mempengaruhi pola berpikir, perasaan hati, perilaku hingga dapat menyebabkan masalah emosional, fungsional dan fisik. Depresi juga sering terjadi kepada remaja. Menurut studi yang terdapat dalam “The British Medical Journal”, terdapat 8-10 persen siswa SMA memiliki gejala depresi yang parah.
Selain itu, menurut studi yang terdapat dalam jurnal “JAMA Psychiatry” tahun 2012, terdapat survei yang menemukan terdapat 8 persen remaja mengalami depresi setiap tahunnya. Mengapa remaja dapat mengalami depresi? Hubungan keluarga, pertemanan, percintaan atau akademis tidak jarang membuat remaja merasa tertekan. Remaja Perempuan atau Remaja laki-laki yang lebih rentan mengalami depresi? Remaja perempuan lebih rentan mengalami depresi karena hormon perempuan lebih cepat matang daripada laki-laki, remaja perempuan akan mengalami menstruasi lebih dulu, daripada remaja laki-laki yang mengalami pubertas. Hal ini yang menyebabkan remaja perempuan mengalami lebih banyak gejolak emosional di masa remajanya, daripada remaja laki-laki.
Faktor risiko terkuat pada depresi remaja adalah riwayat keluarga depresi dan paparan stres psikososial. Risiko dari faktor perkembangan, hormon seks, dan kesulitan berinteraksi secara sosial serta faktor hormonal yang lainnya juga dapat memicu adanya gangguan jalur saraf yang mengakibatkan stres lalu menjadi depresi. Faktor resiko pada depresi remaja dapat meningkat dengan adanya kondisi sebagai berikut:
- Mempunyai masalah yang berdampak negatif pada harga diri, seperti mengalami masalah pertemanan dan intimidasi.
- Pernah menjadi korban atau menjadi saksi secara langsung pelecehan fisik atau seksual.
- Memiliki gangguan kesehatan mental lainnya seperti bipolar, gangguan kecemasan, gangguan kepribadian, anoreksia atau bulimia.
- Memiliki ketidakmampuan belajar atau Hyperactivity Disorder (ADHD)
- Memiliki sakit yang berkelanjutan seperti diabetes, kanker, atau asma.
- Memiliki sifat-sifat kepribadian tertentu, seperti harga diri yang rendah atau terlalu tergantung pada seseorang, kritis terhadap diri sendiri atau pesimitis
- Menggunakan alkohol, nikotin, atau obat-obat lainnya.
Depresi remaja memiliki gejala yang dapat menyebabkan kesulitan dan menimbulkan masalah yang signifikan di sekolah, di rumah, kegiatan sosial, atau bidang kehidupan lainnya. Berikut gejala-gejala depresi pada remaja menurut buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders:
- Memiliki suasana hati yang sedih dan mudah tersinggung.
- Menurunnya minat dan sulit menikmati keseharian.
- Menurunnya konsentrasi dan sulit membuat keputusan.
- Sulit tidur atau terlalu banyak tidur.
- Berubahnya nafsu makan dan perubahan berat badan.
- Kelelahan yang berlebihan, mudah capek dan tidak berenergi.
- Memiliki rasa bersalah yang berlebihan dan memiliki perasaan tidak berharga.
- Mempunyai keinginan untuk bunuh diri
Selain mengenal gejala-gejala depresi pada remaja kita juga dapat mencegahnya dengan melakukan dukungan kondisi mentalnya, seperti:
- Memperhatikan saat menggunakan media, acara TV akan menampilkan karakter dan situasi yang ideal. Karena tampilan tersebutlah yang akan menimbulkan perasaan kecewa dan depresi dengan membandingkan dirinya.
- Kembangkan pertemanan, mendukung segala kegiatan ekstrakulikuler yang akan menghabiskan waktu dengan teman-temannya. Mengambil bagian dalam berbagai kegiatan yang dapat membuat pengalaman berteman positif.
- Memperhatikan jaringan sosial, waspada terhadap kemungkinan masalah yang terkait dengan percintaan. Pengalaman romantis seperti menggoda dan kencan dapat menantang para remaja dan dapat memungkinkan berkontribusi munculnya gejala depresi remaja.
- Mempertahankan hubungan positif, menyisihkan waktu setiap hari untuk berbicara dapat mencegah tibulnya gejala depresi. Menanggapi kemarahannya dengan tenang membuat remaja tidak sendiri dapat juga mencegah timbulnya gejala depresi.
- Mendukung setiap hal positif yang mereka pilih, dorong remaja untuk mengapresiasikan perasaannya dan cari tahu apa yang menjadikan semangat dapat mecegah timbulnya gejala depresi.
Remaja yang depresi sulit mengungkapkan perasaannya atau tidak mengerti apa yang terjadi pada diri mereka. Tingkah laku remaja yang mengalami depresi pasti berbeda dengan tingkah laku remaja yang tidak mengalami depresi. Tanggapi dengan serius jika sudah melihat gejala-gejala depresi yang sudah timbul agar tidak adanya tanda-tanda bunuh diri karena risiko dari depresi tersebut. Orang yang mengalami depresi bisa saja merasa sendirian, malu, tidak berharga, lalu teruslah yakini bahwa ia tidak sendiri dan masih banyak yang meyakininya serta tunjukan kasih sayangnya kepada remaja. Walaupun depresi dapat terjadi kapan saja dan siapa saja antara remaja atau dewasa, namun keduanya memiliki gejala yang berbeda. Jika kalian mengalami stres kalian dapat melakukan pertolongan pertama, seperti:
- Menghubungi kerabat yang dapat mendengarkan ceritamu
- Mendengarkan lagu-lagu favoritmu
- Melihat foto-foto orang yang kalian sayangi
- Tulis perasaan kalian di sebuah buku
- Pergi bersantai di luar rumah
Dengan menerapkan pertolongan pertama terhadap stres akan sangat membantu beban mental bagi remaja sehingga dapat mempercepat proses pemulihan terhadap fikiran dan tingkah laku. Dengan kembali segarnya fikiran dan berubahnya tingkah laku maka akan memicu ide-ide segar bagi remaja untuk dikembangkan dan diimplementasikan dalam aktifitas kedepannya.***
*Penulis adalah Mahasiswa Universitas Pamulang Program Studi Teknik Industri