Di Bojonegoro Ada Empat Warga Menderita Demam Berdarah Meninggal Dunia

Di Bojonegoro Ada Empat Warga Menderita Demam Berdarah Meninggal Dunia
Petugas Dinas Kesehatan memeriksa keberadaan jentik nyamuk pada tandon air di kawasan endemik wabah Deman Berdarah Dengue (DBD) di Desa Wonocatur, Kediri, Jawa Timur, Selasa (29/1/2019). Sidak di permukiman warga tersebut sebagai sosialisasi mencegah perkembangbiakan nyamuk pembawa virus Aedes Aegypti penyebab DBD. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/foc.

TangselMedia – Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merenggut nyawa empat warga Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, dari 177 penderita sejak 1 Januari lalu, kata Kasi Penyakit Menular Dinas Kesehatan (Dinkes) Bojonegoro Wheny Dyah, di Bojonegoro, Rabu. Lokasi empat korban penderita DBD yang meninggal dunia, lanjut dia, di Kecamatan Kasiman, Margomulyo, Tambakrejo dan Ngraho. Ia mengakui jumlah penderita DBD di daerahnya cenderung meningkat sejak 2018 terus berlanjut memasuki Januari, disebabkan salah satu faktornya pengaruh meningkatnya curah hujan.

“Di berbagai provinsi di Indonesia ada kecenderungan penderita DBD naik termasuk Jawa Timur. Karena kenaikan penderita DBD di Bojonegoro juga cukup tinggi maka antisipasinya dengan memberantas sarang nyamuk (Aedes aegypti),” ujarnya. Oleh karena itu, Bupati Bojonegoro Anna Mu`awanah, menginstruksikan kepada seluruh camat, kepala desa dan kelurahan untuk melakukan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui penerapan satu rumah satu Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Di dalam surat edaran tertanggal 28 Januari 2019 itu diinstruksikan kepada camat, kepala desa dan kelurahan untuk melaksanakan gerakan serentak satu rumah satu juru jumnatik di lingkungan rumah, kantor, tempat-tempat umum, sekolah dan pasar.

Selain itu juga melaksanakan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dengan cara menguras, mengubur, mendaur ulang (PSN 3 M plus) secara rutin setiap minggu. Memantau peningkatan kasus DBD di wilayahnya dan segera melakukan intervensi langsung. “Masih banyak ditemukan jentik nyamuk aedes aegypty di lingkungan rumah tangga, instansi dan tempat-tempat umum,” ujarnya.

Baca Juga  Kemenag Tangsel Ingin Calon Walikota Yang Bertoleransi Tinggi

Menurut dia, pengasapan (Fogging) mengunakan insektisida hanya mampu membunuh nyamuk dewasa saja dan dapat membahayakan kondisi kesehatan manusia. Oleh karenanya (Pengasapan) tidak dilakukan secara rutin dan bukan setrategi yang baik dalam pencegahan DBD. Pencegahan DBD bukan melalui fogging tapi dengan menjaga kebersihan lingkungan yaitu memastikan tidak adanya sampah atau wadah yang menjadi sarang nyamuk aedes aegypti. Menghilangkan jentik nyamuk lebih mudah dan sangat efektif sebagai strategi dalam pencegahan DBD.

Imbauan juga disampaikan kepada seluruh masyarakat untuk menjaga daya tahan tubuh dan menghindari gigitan nyamuk di pagi hari berkisar pukul 07.00-10.00 WIB dan sore pukul 15.00-17.00 WIB. Selain itu kepada rumah sakit (RS/ tenaga kesehatan diimbau agar lebih waspada DBD dan mengaktifkan koordinasi sistem kewaspadaan dini rumah sakit (SKDR). “Fogging bukan upaya pencegahan dan tidak efektif tanpa diiringi dengan PSN yang berkualitas,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Bojonegoro Ninik Susmiarti menegaskan.