TangselMedia – Konseling sangat penting untuk membantu memulihkan kesehatan mental korban bencana gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah, terutama untuk korban usia rentan seperti anak-anak dan orang lanjut usia (Lansia).
“Dompet Dhuafa memiliki program unggulan Psychological First Aid (PFA) yang akan memberi semacam konseling dan pemulihan trauma (trauma healing) ke para korban,” ujar Direktur Utama Dompet Dhuafa Filantropi Imam Rulyawan di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu. Biasanya kegiatan konseling atau pembimibingan mulai berlangsung satu pekan setelah bencana.
“Untuk situasi di Palu, kegiatan PFA akan berlangsung pada Senin atau Selasa. Saat ini kami tengah menanti kedatangan psikolog relawan tim PFA,” ujar Imam. Kegiatan Psychological First Aid (PFA) akan terpusat di Palu dan Sigi.
“Dua wilayah itu cukup luas cakupannya, mungkin untuk kegiatan di Donggala akan dilakukan setelah fase respon tahap pertama di Palu dan Sigi sudah berkurang jauh korban,” ujar Imam. Kegiatan yang dilakukan oleh relawan pemulihan trauma (PFA) mencakup program-program parsipatoris untuk para korban.
“Kami tentunya tidak ingin menjadikan mereka sebagai objek, tetapi subjek,” ujarnya. Di samping memberi layanan konseling, Dompet Dhuafa, lembaga nirlaba yang berpusat di Jakarta turut membantu evakuasi korban gempa di Kota Palu dan Kabupaten Sigi.
“Tim rescue kami bisa mengangkut 10-13 kantong jenazah per shift. Satu hari ada tiga shift, jadi minimal regu kami mampu membantu (Basarnas) mengangkut minimal 30 jenazah per harinya,” ujar Imam.
Regu penyelamat telah dilengkapi alat pelindung diri (APD) serta didukung satu mobil ambulans khusus jenazah. Tidak hanya evakuasi, Dompet Dhuafa juga memberi layanan kesehatan dan membangun dapur umum di tiga lokasi bencana.
“Rencananya kami akan mendirikan dapur umum di tiga wilayah, diantaranya di Desa Lolu, Kabupaten Sigi dan ada satu titik lagi di Sigi yang belum tersentuh, juga satu di Kantor RRI Kota Palu,” ujar Imam. Gempa bumi dan gelombang Tsunami menghantam Kota Palu, Kabupaten Sigi, Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong pada Jumat (28/09/2018). Hingga saat ini, korban tewas mencapai 1.571 jiwa dan jumlah pengungsi sebanyak 70.821 orang.