TangselMedia – “Tidak ada orang malas di dunia ini, yang ada orang yang tidak termotivasi dan dimotivasi” demikian tandas Teguh Yuwono, dosen Unpam (Universitas Pamulang) di hadapan para guru SMA Islam Harapan Ibu di Pondok Pinang, Jakarta Selatan, pada Kamis, 6 Desember 2018 lalu. Teguh yang dikenal sebagai motivasi pendidikan, didampingi Sembilan dosen Unpam (Universitas Pamulang) seperti, Syarifah Ida Farida, Lucia Maduningtias, Surasni, Achmad Sumali, Renny Anggraini, Muhammad Yudha, Angga Rovita, Hengki Hermawan dan Septi Rostika.
Ikut serta dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) tersebut, 5 mahasiswa Unpam (Universitas Pamulang) yaitu Ananda Vikardo, Nurfadilah, Elviana Agita, Yayan Setiawan dan Abdul Rojak Bachtiar. Teguh pertama mempaparkan motivasinya dengan membuka mengutip konten Buku “Kurikulum Kehidupan” karya Zulfikri Anas, bahwa sekolah adalah miniatur masa depan. “Indonesia bermutu lahir dari pendidikan yang bermutu. Pendidikan bermutu lahir dari sekolah bermutu dan keluarga yang bermutu. Sekolah dan keluarga yang bermutu lahir dari Guru dan Orangtua yang bermutu. Guru dan Orangtua bermutu adalah imam bagi murud, anak dan masyarakatnya,” ujar sarjana alumnus Universitas Gajah Mada (UGM) Jogja dan program studi magister manajemen Unpam (Universitas Pamulang) Tangerang Selatan tersebut.
Setelah memutar film tentang tantangan pendidikan, Teguh menyampaikan pentingnya dua karakter yang harus dimiliki pendidik (Guru) yaitu karakter moral (Jujur, rendah hati, jiwa besar, sabar dan lain-lain) dan kinerja (Kerja keras, disiplin dan lain-lain). Dua karakter akan mengarahkan terbentuknya kompetensi SDM yaitu attitude competence, knowledge competence, skill competence dan experience competence. Dengan modal ini pada gilirannya guru akan mampu memiliki sikap kreatif, kritis, komunikatif dan kolaboratif sebagai factor yang membentuk keberhasilan mendidik sisiwa-seswinya.
Menjawab pertanyaan salah satu peserta yang menanyakan betapa sulitnya menghadapi anak-anak jaman sekarang yang sibuk dengan gadget-nya, Teguh menegaskan bahwa memang teknologi telah masuk dalam dataran budaya manusia secara substansial. Manusia tidak bisa hidup tanpa teknologi, tetapi itulah tantangan kita semua, bahwa guru itu sesungguhnya tidak menciptakan produk, tetapi menciptakan pengaruh. Jadi masalahnya bukanlah terletak dari handphone itu sendiri tetapi bagaimana kita menyikapi keberadaan piranti komunikasi.
“Kalau masalahnya terkait dengan habit (Kebiasaan) maka jawabannya adalah peraturan. Misalnya di Unpam, awalnya banyak mahasiswa merokok, tetapi seiring diberlakukan aturan dilarang merokok apalagi di dalam gedung dengan sangsi dikeluarkan, maka tidak lagi ditemukan mahasiswa merokok, kecuali di tempat yang memang disediakan untuk merokok,” ujar Teguh memberi iustrasi. Metodologi mengajar kepada siswa untuk selalu browsing ke google misalnya tanpa disadari menstimulun siswa untuk lebih dekat dengan handphone. Bahwa menjadi alasan pembenar untuk tetap memagang handphone di saat belajar mengajar di kelas, dikantin, ditempat tidur dan dimanapun.
Di sesi akhir, Teguh membagikan buku-buku motivasi kepada para guru di sekolah tersebut sebagai pendorong semangat agar guru tidak berhenti sebagai pengajar saja, tetapi juga sebagai motivasi dan inspirator. Acara ditutup dengan penyerahan cinderamata dan sembutan akhir. “Guru sejati adalah pembelajar sejati. Ketika guru berhenti belajar, maka ia telah berhenti menjalankan profinsinya,” ujar Teguh. Kunjungan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dosen dan mahasiswa Unpam (Universitas Pamulang) ini merupakan kegiatan regular penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi, selain penelitian dan pengajaran.