Nasib Pemulung Dimasa Pandemi

Nasib Pemulung Dimasa Pandemi

Oleh : Junaenah S.T., M.M.*

 

Pandemi memaksa kita semua untuk merubah tatatan kehidupan kita. Mau tidak mau, suka tidak suka, nyaman tidak nyaman. Banyak sekali hal-hal yang mengalami perubahan. Dari bermain, bekerja, belajar, berinteraksi bahkan bertemu dengan keluarga. Pandemi ini seolah-olah  bumi sedang memberitahukan pada kita bahwa ia sedang berbenah, dan ‘memusnahkan` siapa saja yang tidak dapat beradaptasi mengikuti perubahan nya. Sektor jasa, eintertaint, hiburan, layanan masyarakan, pendidikan, kesehatan bahkan perbankan mengalami perubahan sistem kerja.

Tidak sedikit pemilik usaha yang harus mati-matian memutar otak untuk keberlangsungan usaha nya. Dan tidak sedikit yang sudah gulung tikar. PHK massal terjadi, pengangguran meningkat, sedangkan biaya hidup terus berjalan. Alih-alih mnegalami kesulitan, beberapa perusahaan memutus kontrak kerja dengan alasan biaya produksi meningkat sedangkan pemasukan menurun tajam. Pegiat kuliner merubah tatanan penjualan menjadi frozen food, dan resto banyak mengambil langkah take away. Lalu bagaimana dengan usaha rongsok? Jual beli barang bekas?  Apakah mengalami nasib yang sama dengan usaha jenis makanan? Atau usaha lainnya? Bagaimana dengan nasib para pemulung? Sebagai buruh harian, yang akan mendapatkan upah ketika berhasil menjual rongsoknya? Sedang permintaan akan bahan baku menurun?

Mari kita ambil contoh kecil untuk satu item jenis botol air mineral.  Dihari biasa, botol air mineral bekas dijual dengan kisaran harga rp.1500.00/kg gram, dalam keadaan bersih, tidak ada satupun label yang masih menempel dibotol tersebut. Dan tutup botol sudah dipisahkan untuk dijual terpisah. Sedangkan, dengan banyaknya ketersediaan bahan baku tidak membuat para pemulung dapat menjual hasil memulung mereka dihari yang sama, selain pengepul sudah beberapa bulan berhenti menampung dan membeli bahkan baku, dengan alasan tidak ada perusahaan yang membeli dan baru akan kembali beroperasi saat Corona berlalu harga jualnyapun turun drastis menjadi rp. 150.00/kg.

Baca Juga  Universitas Pamulang Tetap Menjadi Bagian Oase Masyarakat Di Tengah Pandemi Covid-19

Dimasa sebelum pandemi, hasil olahan botol air mineral bening, akan disortir dan dipotong menjadi kecil-kecil seperti pecahan beling, dan akan di eksport ke luar negeri untuk produksi menjadi kaos olahraga aatau jersey. Dan didalam negeri, selain untuk diproduksi kembali, biasanya hasil peleburan botol-botol tersebut akan dijadikan bahan baku untuk peralatan rumah tangga. Dan salah satunya adalah untuk bahan campuran keset. Dengan adanya kasus fenomena corona ini, dunia selain berbenah, juga memaksa kita untuk dapat beradaptasi untuk bertahan hidup. Lalu bagaimana dengan nasib para pemulung yang bergantung hidup hariannya dengan menjual rongsok, sedangkan corona memati surikan beberapa jenis usaha?

Tentu ini semua adalah pekerjaan rumah untuk kita. Sudah saatnya kita tidak boleh egois. Ikuti protocol kesehatan yang dianjurkan pemerintah, bukan hanya untuk kita, tapi untuk Indonesia. Semoga pandemic segera berlalu.

 

*Penulis adalah Dosen Universitas Pamulang