TangselMedia – Sejak diluncurkan pada Mei 2015 Trans Anggrek tidak kunjung meningkat prestasinya. Justru menjadi keresahan masyarakat karena beroprasi pada jam macet namun tidak pernah mengangkut penumpang. Media transportasi masal yang digadang-gadang pemerintah sebagai penunjang sarana transportasi Smart City justru menunjukan Smart Corrupt.
“Anggaran yang di keluarkan dari APBD untuk satu unit bus adalah sebesar 1,25 Milyar dan jika dijumlahkan dengan 5 bus maka total yang keluar dari APBD adalah sebesar 6,25 Miliyar. Belum lagi biaya-biaya lain untuk penyediaan halte, perawatan dan oprasional bus. Dengan anggran penyediaan yang begitu besar bukan berarti pemerintah Kota Tangerang Selatan tidak melakukan evaluasi dari efektifitas bus Trans Anggrek ini,” ujar Aan Dirga Koordinator Sekolah Anti Korupsi (SAKTI) Tangerang pada TangselMedia, Rabu 20 Maret 2019.
Aan memaparkan dalam data Sirup LKPP menyebutkan pada Tahun 2019 ada paket Kajian Analisis Potensi Demand dan Kebutuhan Prasarana Koridor Trans Anggrek dengan pagu anggran sebesar 53 juta. Anggaran yang sangat besar yang hanya digunakan untuk melaksanakan kajian. Selain itu, pada tahun yang sama ada pagu anggaran Pemeliharaan Halte dan Skema Modeling Operasional Trans Anggrek Kota Tangerang Selatan masing-masing sebesar 49 juta dan 53 juta. Ditahun sebelumnya pada 2018, pemerintah juga menganggarakan untuk Pengukuran Kinerja Trans Anggrek Circle Tangsel sebesar 50 jt.
“Anggran besar yang dikeluarkan pemerintah setiap tahunya, untuk kajian dan evaluasi tidak mengubah fakta dilapangan. Bahwa Trans Anggrek tak ubahnya bus siluman yang mondar-mandir dan mangkal tidak jelas,” tegas Aan. Menurut Aan Pemkot Tangsel harus nya mempublikasi hasil evaluasi bus Trans Anggrek Dan sajauhmana pemerintah melaksanakan rekomendasi dari program kajian dan evaluasi yang memakan banyak duit rakyat tersebut. (Hjd)