Perjuangan Mahasiswa Semester Akhir Dimasa Pandemi COVID-19

PERJUANGAN MAHASISWA SEMESTER AKHIR DIMASA PANDEMI COVID-19

 

Oleh : Akhmad Alan Asandi*

 

Mahasiswa angkatan tahun 2016 merupakan angkatan yang harus kuat dalam berjuang menghadapi masalah tugas perkuliahannya. Tahun 2020 seharusnya menjadi tahun yang paling bersejarah bagi mahasiswa angkatan 2016 untuk menuntaskan tugas akhir atau Skripsi tepat pada waktunya, mungkin menjadi tujuan utama bagi kebanyakan mahasiswa. Namun ternyata bermodal perjuangan saja tidak cukup karena angkatan ini diajarkan untuk lebih banyak bersabar.

Bagi mahasiswa tingkat akhir, masa pandemi Covid-19 merupakan tantangan tersendiri dalam proses pengerjaan Skripsi. Di tengah penerapan sistem PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), tugas akhir ini harus tetap berjalan walaupun Kampus sedang dinonaktifkan. Dalam proses pengerjaan skripsi selama dirumah aja, ternyata ada suka dan duka yang berbeda dengan para pejuang pada umumnya. Sebenarnya jika dilihat dari sisi positif pengerjaan skripsi dirumah aja bisa jauh lebih efektif. Karena mahasiswa dapat mengerjakan Skripsi tanpa terganggu aktivitas yang biasa dilakukan pada kondisi normal. Waktu pengerjaan Skripsi juga jauh lebih fleksibel, Skripsi bisa dikerjakan di pagi, siang bahkan malam hari, tergantung dari tingkat kenyamanan para Mahasiswa. Selain tidak terganggu berbagai aktivitas, para mahasiswa juga tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk melakukan bimbingan. Jika pada umumnya Mahasiswa harus pergi ke Kampus untuk melakukan bimbingan, dalam kondisi saat ini maka Mahasiswa bisa melakukan bimbingan jalur daring. Dengan mengontek dosen pembimbing secara online, maka mahasiswa dapat berkonsultasi seputar pengerjaan Skripsi mereka.

Ada banyak tantangan dalam mengerjakan Skripsi di masa Pandemi, disamping ada keuntungan mengerjakan skripsi di masa pandemi dirumah aja, ada juga berbagai tantangan yang harus dihadapi, pada masa pandemi ini, para Mahasiswa semester akhur harus menyiapkan stok kouta agar dapat melakukan bimbingan via online. Teknis bimbinganpun beragam macam bisa via email, voice call sampai video call. Semuanya tergantung bagaimana arahan dari kebijakan dosen pembimbing masing-masing. Perlu diingat tugas Dosen bukan hanya sebagai pembimbing Skripsi. Para Dosen juga memiliki tanggung jawab mata kuliah yang tetap berjalan selama pandemi ini berlangsung. Maka, akan menjadi hal wajar apabila Dosen memerlukan waktu untuk merevisi Skripsi anak-anak tercintanya. Sehingga para Mahasiswa harus sabar menunggu. Namun panjangnya durasi waktu menunggu inilah yang terkadang menjadi kegalauan bagi para Mahasiswa. Kegalauan lain yang dirasakan oleh Mahasiswa adalah soal refrensi. Jika pada situasi normal Mahasiswa tingkat akhir bisa berkunjung dan bertapa di Perpustakaan Kampus, hal ini tidak bisa dilakukan pada saat pandemi, solusinya para Mahasiswa harus meluangkan waktu mereka untuk searching bebagai jurnal maupun ebook yang disediakan perpustakaan online. Walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa mencari refrensi secara offline di Perpustakaan jauh lebih mudah.

Hal yang membuat galau lainnya adalah soal penelitian. Bahkan ada beberapa mahasiswa yang memutuskan untuk mengganti judul skripsi dan metode penelitian lainnya agar Skripsi bisa terus dilanjutkan. Banyak suka dan duka lain yang dialami oleh pejuang skripsi. Namun para pejuang Skripsi tidak boleh patah semangat, karena Skripsi merupakan langkah untuk naik ke tahap berikutnya dan syarat menuntaskan kelulusan akademik.

Kedatangan Pandemi Covid–19 yang tiba-tiba, membuat beberapa atau mungkin banyak mahasiswa harus berlapang dada menahan dan merelakan keinginan lulus tepat pada waktunya, bagaimana tidak? Penelitian yang di lakukan oleh Mahasiswa sudah setengah jalan harus terhenti karena kebijakan tidak adanya aktivitas di lingkungan Kampus. Penelitian lapangan yang mengharuskan Mahasiswa mencari refresnsi atau responden diluar Kampus juga karena adanya himbaun untuk social distancing atau PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Bahkan banyak beberapa tempat yang digunakan untuk pengambilan data mungkin tutup sampai waktu yang tidak bisa ditentukan, sedangkan semester tetap berjalan. Rasanya sedih, kecewa, bingung dan campur aduk rasanya.

Baca Juga  Maaf Ya.. Nggak Sengaja

Di sisi lain, mungkin juga tidak sedikit teman-teman Mahasiswa yang masih bisa terus melanjutkan penelitian dengan segala kerja kerasnya hingga bisa menyelesaikan tugas akhirnya hingga bisa sidang. Lalu mulai mucul pertannyaan-pertanyaan yang bersumber dari rasa insecure melihat teman-teman seangkatan sudah selangkah lebih maju dahulu, sekilas terfikirkan pertanyaan di kepala “kapan ya aku bisa melanjutkan penelitian?”, “Kapan ya aku bisa sidang?”, dan pertanyaan lain-lain menyiksa batin. Belum lagi pertanyaan klasik dari saudara atau teman-teman, “kapan lulus?”, “sampai mana skripsinya?”, hemmm hanya bisa menghelai nafas. Namun semua perasaan kecewa dan insecure yang datang itu wajar. Tapi, jangan terlalu lama terlarut ya! Meskipun skripsimu memiliki progress yang lamban, tapi kamu masih bisa produktif. Contohnya ada beberapa hal berikut ini mungkin bisa kamu lakukan atau dapat termotivasi dalam mengatasi rasa insecure atas skripsimu yang terhambat oleh kondisi dan keadaan sekarang.

  1. Lakukan hal-hal seru yang sebelumnya jarang kita lakukan

Bagi mahasiswa rantau khususnya, mungkin sebelum pandemi ini lebih sering jajan di luar sambil ngobrol cantik dengan teman-teman. Tetapi karena banyak tempat makan yang tutup, sekarang orang-orang jadi lebih sering ke dapur. Kita bisa juga mencoba resep-resep viral yang kelihatan mudah tapi ternyata susah-susah gampang saat dicoba, seperti dalgona coffee, churros, pie teflon, cilok, dll. Makin asyik kita mencoba, maka rasa insecure-mu pasti akan berkurang.

  1. Terus kembangkan skill yang kita miliki

Sayang banget kalau selama ini kita punya skill tapi hanya didiamkan saja. Misal kita pandai dalam hal public speaking, kita bisa mengasahnya dengan membuat podcast. Tidak perlu membahas hal berat, kegiatan apa yang kita lakukan selama pandemi saja sudah sangat menarik untuk dibahas. Atau jika kita punya skill fotografi, kita bisa coba virtual photoshoot seperti yang sedang viral saat ini. Minta bantuan kepada temanmu untuk menjadi model, pasti mereka senang.

  1. Ikut webinar. Banyak yang gratis

Dengan adanya pembatasan kegiatan di luar rumah, orang menjadi lebih sering menghabiskan waktunya di depan laptop atau gadget. Tidak sedikit perusahaan atau expert yang akhirnya berbaik hati membagikan ilmunya secara gratis kepada audience atau followers yang mereka miliki di sosial media melalui webinar. Kita bisa ikut pada sesi webinar yang mereka buat untuk mendapatkan wawasan baru. Never stop learning.

  1. Memanfaatkan waktu sebaik mungkin

Take your time It’s great jika kita punya perencanaan yang baik untuk segala hal yang ingin kita lakukan, termasuk skripsi. Tapi ingat, kadang ada hal-hal yang tidak bisa kita kontrol. jadi, jangan terlalu keras pada diri kita. Nikmati waktu yang saat ini kita miliki; baca buku yang sudah lama kita tinggalkan, dekor ulang kamar agar menarik, atau nonton film favoritmu

  1. Selalu berdoa

Berkeluh kesah kepada yang menciptakan manusia tidak ada salahnya. Ketika apa yang kita curahkan kepada sesama manusia tidak menemukan jawaban, mungkin itu pengingat bahwa Tuhan merindukan kita. Tuhan merindukan hamba-Nya bercerita. Kita sebagai manusia harus selalu percaya bahwa kekuatan doa begitu dahsyat.

Bagaimanapun tidak ada perjuangan dan kesabaran yang sia-sia. Tidak semua hal harus diukur berdasarkan waktu tercepat. Setiap orang punya kisah perjalannya masing-masing. Tetap semangat, jangan lupa improve kualitas diri, dan terus berdoa teman-teman mahasiswa terutama angkatan 2016 dan angkatan lainny! ***

 

*Penulis adalah Mahasiswa Teknik Industri Universitas Pamulang