Lembaga Kajian Keagamaan Unpam Gelar Semnas Religiusitas Kampus Merawat Kebhinekaan

TangselMedia – Lembaga Kajian Keagamaan Universitas Pamulang (LKK-Unpam) menggelar Seminar Nasional Keagamaan yang berjudul Religiusitas Kampus Merawat Kebhinekaan pada Kamis (30/11/2023) di Auditorium H. Darsono Kampus Victor lantai 8 Kampus II Universitas Pamulang. Seminar ini untuk menguatkan visi-misi Universitas yang religius dan humanis.

2 narasumber dihadirkan dalam seminar ini. Narasumber pertama disampaikan oleh Prof. Dr. Sururin, M.Ag, Guru Besar Pendidikan Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Wakil Koordinator Kopertais Wilayah 1 DKI Jakarta Banten. Narasumber kedua disampaikan oleh M. Sofyan Tsauri, seorang Aktivis Sosial dan Keagamaan.

Dalam pemaparannya, Sururin  mengatakan bahwa agama Islam menempati posisi ke-2 di dunia setelah kristen. “Jika di dunia agama Islam di posisi ke-2, sedangkan mayoritas agama Islam terbesar ada di Indonesia. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatata Sipil (Dukpacil) Kementeriand Dalam Negeri penduduk Indonesia sebanyak 272,23 juta jiwa pada Juni 2021. Sebanyak 236,53 juta jiwa artinya 86,88 persen beragama Islam. Indonesia mayoritas muslim,” ungkap Sururin yang juga konsentrasi tentang isu gender dan anak.

Penduduk Indonesia beranggapan bahwa kepercayaan terhadap Tuhan dan agama adalah penting. “Kendati agama sangat penting dan ritual ibadah juga sering dilakukan, tapi belum terkorelasi dengan pendapat perkapita. Generasi Z Indonesia juga menganggap agama paling penting hingga 93 persen dibandingkan dengan negara lain,” jelas Sururin.

Sururin menjelaskan, bahwa religiositas adalah agama atau religion, satu sistem yang kompleks dari kepercayaan dan juga keyakinan. “Religiositas juga kualitas dan tingkat pengalaman religius seseorang. Tingkat komitmen individu terhadap agama yang dianut. Dalam bahasa arab, religiositas memiliki 3 makna yaitu takwa, wara dan tadayyun,” terangnya.

Seseorang yang mempunyai kematangan beragama agar tercermin dari kepribadiannya yang matang. “Muncul kesadaran diri dan tahu diri, mampu menahan diri, mempunyai empatik, tanggung jawab dan mampu memotivasi diri dan orang lain. Munculnya keyakinan yang mendalam, kerinduan akan nilai agama dalam diri sehingga bersifat humanis. Kematangan beragama akan mengantarkan seseorang mempunyai wawasan yang luas dan tidak menyalah-nyalahkan orang lain” ujarnya.

Baca Juga  Pendaftaran Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Masih Dibuka Sampai 15 Oktober 2018

Di Indonesia nilai religiositas tercermin dalam perilaku setiap individu. “Dalam dirinya ada nilai-nilai moral (value values), kearifan lokal (local wisdom) yang dibingkai dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika,” lanjutnya.

Sofyan Tsauri juga menyampaikan, masalah teroris Indonesia menempati peringkat ke-24. “Untuk penanganan deradikalisasi, Indonesia masih lebih dari US dan negara tetangga. Radikalisasi di era 4.0 terdapat idelogi asing yang menyebar dan mempengaruhi dengan cepat tanpa batas.Doktrinasi dan propaganda kelompok Trans Nasional dilakukan dengan mudah, semua dilakukan tanpa tatap muka dan sulit diketahui dan dipantau. Berbagai referensi-referensi untuk melakukan tindakan kejahatan dan tidakan negatif tersedia dengan bebas,” ungkap Sofyan seorang analisi intelejen dan teroris.

Sofyan melanjutkan, bahwa sebelum menjadi teroris berawal dari sikap intoleran dan radikal. “Saya tidak melarang ke majelis taklim, tapi yang perlu kita antisipasi, setelah mengikuti pengajian malah muncul kebencian, anti sosial dan mulai menyalah-nyalahkan orang lain dan membid’ahkan serta anti dengan pendapat yang lain. Jika itu terjadi, sebaiknya tinggalkan pengajian atau halaqah tersebut,” ungkapnya.

Sofyan juga menambahkan, harus ada strategi agar tidak terjadi intoleran dan radikalisasi. “Perlu adanya penguatan ketahanan keluarga, penguatan kemampuna deteksi dini masyarakat jika ada yang mencurigakan, masyarakat menjadi garda terdepan dalam upaya pencegahan, penguatan nilai-nilai budaya, nasionalisme dan fokus pencegahan terhadap terjadinya radikalisasi,” tutupnya.

Seminar dihadiri oleh Pengurus Yayasan Sasminta Jaya, Civitas Akademik Unpam, dan seluruh mahasiswa yang hadir. Penampilan mahasiswa yang menari dari berbagai macam daerah pun digelar. Donasi untuk Palestina pun dilakukan. (DNI)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *